REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah sedang mengadvokasi kematian terduga teroris Siyono. Autopsi terhadap jenazah Siyono dilakukan, Ahad (3/4) untuk memastikan kematiannya bukan karena kesalahan prosedur yang dilakukan densus 88.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir belum dapat menjelaskan langkah yang akan dilakukan pascahasil autopsi. Muhammadiyah masih akan menunggu hasil dari autopsi.
"Yang penting kita tunggu," ujar Haedar, usai bertemu dengan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, di Mabes Polri, Senin (4/4).
Haedar meminta semua pihak agar bersabar menunggu hasil dari tim dokter forensik. Termasuk meminta agar Komnas HAM, media, dan Polri sendiri tidak mengintervensi hasil autopsi yang dilakukan tim dokter.
Dalam hal ini, Haedar menuturkan, Muhammadiyah dapat mempertanggungjawabkan dokter forensik yang mengautopsi jenazah Siyono. Menurut Haedar, dokter tersebut sudah terbiasa diminta menangani korban bencana.
Kapolri, kata Haedar, memahami hal tersebut. Sehingga Kapolri menugaskan satu dokter forensik untuk ikut bergabung dengan tim Muhammadiyah. "Ini pertanda saling paham antara kepolisian, Muhammadiyah, dan Komnas HAM," ucap Haedar.
Komunikasi dengan Kapolri sebelum tim dari Muhammadiyah melakukan autopsi juga sudah dilakukan. Termasuk Busyro Muqaddas berkomunikasi langsung dengan Kapolri.