REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas berwenang di seluruh dunia tengah didorong untuk mengusut dan menyelidiki dugaan tindak pencucian uang yang menyeret nama-nama pejabat dan mantan pejabat sejumlah negara. Hal ini dilakukan pascabocornya jutaan dokumen rahasia milik firma hukum Panama, Mossack Fonseca.
Seperti dilansir situs BBC, perusahaan Mossack Fonseca, diduga telah membantu puluhan kliennya dalam menyembunyikan pundi-pundi kekayaannya, dengan maksud menghindari tuntutan pajak. Bahkan, beberapa kliennya tersebut, ditengarai merupakan pelaku tindak kriminal perampokan dan pencucian uang.
Dalam jutaan dokumen rahasia milik Mossack Fonseca, dilaporkan tercantum sejumlah nama yang tak asing dalam panggung politik internasional.
Antara lain, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presien Cina Xi Jinping, Presiden Ukraina Petro Porsosehnko, dan Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugusson.
Selain mereka, terdapat sejumlah nama-nama pejabat dan mantan pejabat lainnya yang diduga merupakan klien Mossack Fonseca.
Pada Senin pagi (4/4), sekitar 16 ribu orang di Islandia telah menandatangani petisi. Mereka menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sigmundur David Gunnlaugusson.
Sebelumnya, dokumen rahasia Mossack Fonseca, yang dikenal dengan istilah 'Panama Papers' bocor melalui surat kabar Jerman, Suddeutsche Zeitung ke Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional yang menyebarkannya ke seluruh dunia.
Mossack Fonseca merespon kebocoran dokumen tersebut dengan mengatakan selama 40 tahun perusahaan itu beroperasi, perusahaannya tidak pernah dituduh ataupun dituntut karena keterkaitan dengan masalah kriminal.