REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Jenderal (Purn) Chappy Hakim kembali mengingatkan ancaman berbahaya penggunaan Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara penerbangan sipil.
Hal ini ia sampaikan terkait insiden tabrakan pesawat Batik Air dan Transnusa di landas pacu Halim Perdanakusuma, Senin (4/4) malam. Melalui akun Twitter pribadinya @chappyhakim, ia mengungkapkan alasan lamanya bagaimana bahayanya perpindahan bandara komersial ke Halim Perdanakusuma.
"Semua stake holder penerbangan sudah tahu bahwa civil aviation di Halim itu berbahaya, tetapi nafsu selalu tidak mudah untuk ditaklukkan!," cuitnya, Selasa (5/4).
Alasan ketidaklayakan Halim sebagai penerbangan sipil ini telah ia sampaikan pada 2010 lalu ketika pemerintahan saat itu berkeras memindahkan penerbangan sipil ke Halim Perdanakusuma.
Melalui tulisan Blognya yang berjudul 'Pindah ke Halim, Solusi yang "Berbahaya"!, Chappy memaparkan bagaimana fasilitas Halim yang kurang memadai. Hal ini diperparah dengan kondisi yang sudah overload melayani penerbangan militer dan sipil.
Menurut dia, kecelakaan pesawa Batik Air di Halim sebenarnya hanya menunggu waktu, itu pasti akan terjadi, kita suka atau tidak. Pesawat tabrakan di Bandara Halim Perdanakusuma adalah hasil dari manajemen penerbangan yang menganut aliran vivere pericoloso, alias danger is my business.
"Aircraft accident at Halim...Money Talk! every body knows that HLM (Halim) is not design yet for civil aviation combine with air force base," katanya.