REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi mengaku terus membangun komunikasi dan mengikuti perkembangan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
"Masih komunikasi terus, masih komunikasi saya ikuti terus," kata Presiden Jokowi setelah meresmikan dan meninjau Pelabuhan Tobelo di Halmahera Utara, Rabu (6/4).
Sebelumnya, kelompok penyandera tersebut memberikan batas waktu selama delapan hari kepada Pemerintah Indonesia untuk memberikan tebusan. Hingga kini waktu yang tersisa dari batas yang diberikan hanya tinggal dua hari atau WNI yang disandera diancam untuk dibunuh jika pemerintah tidak bersikap atau memenuhi permintaan mereka memberikan uang tebusan.
"Ada hal yang tidak bisa saya umumkan, kita ikuti terus, iya kita ikuti terus," ujarnya.
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebelumnya meminta keluarga 10 WNI yang disandera gerombolan Abu Sayyaf di Filipina untuk mempercayakan pembebasan mereka kepada pemerintah. Terkait upaya penyelamatan, pemerintah Indonesia masih belum mendapat izin menggelar operasi militer pembebasan sandera di Filipina. Pemerintah Filipina juga meminta pemerintah Indonesia mempercayakan persoalan ini kepada mereka.
Kementerian Luar Negeri juga masih terus menempuh cara-cara diplomasi yang mengedepankan pada fokus keselamatan WNI yang disandera.