REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto mengatakan, pertumbuhan konsumsi kopi nasional meningkat dari 0,8 kilogram per kapita menjadi 1,3 kilogram per kapita. Kenaikan ini ditunjukkan dengan semakin menjamurnya kedai-kedai kopi di seluruh wilayah Indonesia.
"Justru hilirisasi industri nggak terlalu tumbuh, dan yang tumbuh pesat adalah di kedai-kedai kopi," ujar Pranoto di Jakarta, Ahad (10/4).
Selain itu, pertumbuhan konsumsi kopi di negara lain seperti Cina juga sudah mulai meningkat dan dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor kopi ke negara tersebut. Menurut Pranoto, selama ini ekspor kopi Indonesia yang paling besar yakni ke Amerika Serikat. Apabila 20 persen masyarakat Cina mengkonsumsi kopi, maka sudah dapat mengalahkan pasar Amerika Serikat.
"Pertumbuhan ekspor kopi akan tinggi jika harganya naik. Dalam dua pekan terakhir ini harga kopi naik turun," kata Pranoto.
Menurut Pranoto harga kopi sempat naik dari 110 dolar AS per ton menjadi 138 dolar AS per ton, namun kembali turun ke angka 125 dolar AS per ton. Ia mengatakan, pendapatan dari penjualan kopi nasional bisa meningkat 20 persen apabila harga kopi mencapai 1.700 dolar AS per ton. Sementara, produksi kopi pada tahun ini diprediksi masih sama yakni sekitar 600 ribu ton.