REPUBLIKA.CO.ID,KASHMIR -- Pemerintah India telah memberlakukan jam malam di beberapa bagian wilayah Kashmir. Langkah ini diambil untuk menghentikan aksi demonstrasi menyusul pembunuhan empat orang oleh pasukan India.
Pembunuhan terakhir terjadi pada Rabu (13/4). Saat itu seorang pria tewas di tangan pasukan keamanan di Desa Drugmulla wilayah Kashmir. Pria tersebut merupakan bagian dari ratusan demonstran yang terlibat bentrok dengan pasukan pemerintah. Otoritas di Srinagar, Handwara, dan beberapa desa tetangga pun memberlakukan jam malam pascakejadian.
"Kami memberlakukan pembatasan di kota tua Srinagar dan Handwara untuk mencegah kekerasan," kata Direktur Jenderal Polisi, K Rajendra.
Seorang warga Handwara mengatakan kepada Aljazirah, bentrokan berlanjut sepanjang hari. Ini merupakan hari kedua aksi protes berlangsung. Toko-toko dan sekolah yang berada di dekat lokasi demonstrasi pun terpaksa tutup. Jalan-jalan menurut warga tampak sepi dan diawasi ketat pasukan keamanan.
Perawat di salah satu rumah sakit di Langate mengatakan kepada Aljazirah, sekitar 20 orang telah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata atau luka tembak. Perawat berbicara dengan kondisi anonimitas.
Menteri Kepala Jammu dan Kashmir Mehbooba Mufti mengatakan pembunuhan akan memiliki dampak negatif pada upaya perdamaian di wilayah tersebut. Polisi mengatakan, seorang wanita berusia 70 tahun yang pada Selasa (12/4) lalu terluka akibat bentrokan meninggal pada Rabu. Dua orang lainnya juga tewas karena tembakan tentara.
Tak lama setelah pemakaman wanita ini, bentrokan pecah. Warga menentang jam malam dan melemparkan batu ke arah petugas yang ditanggapi dengan menembakkan gas air mata. Pada Rabu, ratusan orang juga bergabung dalam pemakaman dua orang pemuda yang tewas oleh tentara. Mereka meneriakkan "Pergi India", "Kembali", dan "Kami ingin Kebebasan".
Protes dan bentrokan di kota Handwara meletus pada Selasa menyusul tuduhan bahwa ada tentara India yang mencoba melakukan pelecehan seksual pada seorang anak sekolah. Polisi mengatakan, laporan awal menunjukkan itu bukan upaya penganiayaan dan itu kemungkinan upaya penduduk membuat masalah.