REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) terpecah menjadi dua kubu akibat langkah militer terkini Rusia terkait perang saudara di Suriah. Kubu pertama yakin Presiden Rusia Vladimir Putin sungguh-sungguh mendukung prakarsa PBB mengakhiri perang di Suriah, yang sudah berlangsung lima tahun.
Adapun kubu berseberangan menyatakan bahwa Moskow hanya memanfaatkan perundingan PBB untuk memperkuat dukungan militer kepada Presiden Suriah Bashar al Assad. Kebijakan militer terkini Rusia itu adalah penempatan meriam di dekat medan tempur Aleppo.
Meski sudah menarik sejumlah pesawat tempur pada Maret, Rusia memperkuat pasukannya di Suriah dengan beberapa helikopter perang canggih untuk menyerang kelompok oposisi moderat, kata sejumlah sumber pemerintahan AS.
Menurut kubu meragukan niat Putin, penguatan kehadiran militer Rusia di Suriah harus ditanggapi tegas. Jika tidak, Moskow akan meremehkan kekuatan AS sehingga membuat negara tersebut semakin garang.