REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Sebanyak 57 sapi betina jenis Ongole di Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami gangguan reproduksi yang disebabkan faktor genetik, penyakit dan pakan.
Camat Tambakrejo, Bojonegoro Ngasiadji, di Bojonegoro, Selasa (26/4), menjelaskan sebanyak 57 ekor sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi itu, tidak bisa beranak, meskipun sudah dikawinkan atau memperoleh inseminasi buatan.
"Peternak tahu sapinya mengalami gangguan reproduksi karena dalam kurun waktu satu tahun sapinya belum beranak, padahal seharusnya sudah beranak," jelas dia.
Karena itu, lanjut dia, peternak kemudian melaporkan kondisi sapinya kepada Dinas Peternakan dan Perikanan. "Dari 170 ekor sapi betina yang menjalani pemeriksaan, diketahui ada 57 ekor sapi betina, yang mengalami gangguan reproduksi," katanya, menegaskan.
Yang jelas, menurut dia, sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi langsung memperoleh pengobatan dari mantri hewan, mulai memperoleh suntikan hormon, pemberian vitamin dan obat cacing.
"Saat ini sapi betina itu memperoleh pengawasan petugas mantri hewan secara intensif, untuk melihat perkembangan hasil pengobatan," kata dia.
Menurut dia, populasi sapi Ongole terbanyak ada di di Kecamatan Tambakrejo, antara lain, ada di Desa Jatimulyo, dan Napis, juga desa lainnya, dengan jumlah mencapai lebih dari 14.300 ekor.
"Sapi jenis Ongole memperoleh perhatian layak dikembangkan, dengan pertimbangan pemeliharaannya mudah, juga dagingnya lebih enak dibandingkan sapi jenis lainnya," ucapnya, menegaskan.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Bojonegoro Ardiyono, menambahkan pemkab mencanangkan di sejumlah desa di Kecamatan Tambakrejo, sebagai pusat pembenihan sapi jenis ongole.
Sesuai rencana, lanjut dia, sapi Ongole akan dikembangkan sebagai benih unggul, yang kemudian juga akan dikembangkan di seluruh daerah di Indonesia.
Kepala Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro Mulyono, menjelaskan jumlah sapi Ongole di desanya yang dijual keluar rata-rata berkisar 20-30 ekor sapi/pasaran (sekitar lima hari).
Penjualnya, lanjutnya, warga lokal yang bekerja sebagai pedagang sapi, yang membeli dari peternak, untuk kemudian dijual keluar.
"Sapi yang dijual biasanya sapi betina yang sudah tidak produktif. Saya kira kalau sapi jantan tidak ada yang dijual, kecuali peternak membutuhkan uang," ucapnya.