REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER -- Kejutan terjadi di Inggris. Leicester City meraih juara kompetisi tertinggi sepak bola negara tersebut.
Pelatih Leicester Claudio Ranieri dalam sorotan. Ini pertama kalinya ia membawa sebuah tim menjadi kampiun sebuah liga teratas.
"Saya berusia 64 tahun, saya sudah berjuang untuk waktu yang lama," kata Ranieri, dalam wawancara dengan Rai, dikutip dari Football Italia, Selasa (3/5).
Juru taktik kelahiran Roma ini pernah malang melintang mengarsiteki klub di liga-liga elite. Di Seri A, ia pernah melatih Juventus, Inter Milan, Napoli, AS Roma, dan Fiorentina. Di Spanyol, Valencia, Atletico Madrid. Di Inggris, ada Chelsea, Leicester City, dan tim nasional Yunani. Ia juga membesut beberapa klub kecil negeri spageti. (Baca: Ini Perjalanan Sukses Leicester di Dua Musim Terakhir)
Namun, selama puluhan tahun, untuk level domestik, Ranieri hanya mampu membawa Fiorentina meraih Supercopa Italiana, Valencia dengan Copa Del Rey. Nama kedua pernah dibawanya meraih kampiun Liga Europa.
Baru pada musim 2015/2016 ia akhirnya merasakan juara di sebuah liga kasta teratas bersama Leicester. Ia menegaskan, dalam penantiannya itu dirinya tidak pernah kehilangan keyakinan. "Saya selalu berpikir saya akan memenangi liga suatu saat nanti," ujar Ranieri.
Ia turut menyinggung bagaimana kegagalannya bersama Yunani pada 2014. Menurut Ranieri, dirinya masih sama dengan sosok saat kejatuhan tersebut. "Saya orang yang sama ketika dipecat Yunani. Mungkin seseorang sudah lupa tentang karier saya," tutut allenatore yang pernah memoles AS Monaco itu.
Ia mengakui bakal sulit mengulang apa yang dilakukan the Foxes musim ini. Target timnya, kata dia, berada dalam jajaran 10 besar pada tahun-tahun mendatang. Namun, keinginan untuk terus berkembang, menurut dia, selalu ada.
Leicester memastikan gelar juara Liga Primer pada pekan ke-36. Dengan menyisakan dua laga lagi, Jamie Vardy dan rekan-rekan unggul tujuh poin di atas Tottenham Hotspur di perigkat kedua.