REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) menargetkan, daerah tersebut bakal menjadi pengekspor kopi pada 2017 mendatang. Keinginan tersebut didasarkan pada tingginya potensi perkebunan kopi di Sumbar.
"Mengingat potensi perkebunan kopi yang tinggi di Sumatra Barat, pada 2017 mampu menjadi daerah pengekspor kopi," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatra Barat, Fajarudin dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (7/5).
Untuk mewujudkan hal tersebut, ia berujar, Dinas Perkebunan Sumbar bakal membimbing dan mendampingi para petani kopi. Salah satunya, agar mereka mampu menghasilkan dan meningkatkan kualitas produksi kopi yang bagus. "Bimbingan yang diberikan seperti dari aspek budidaya, kelembagaan dan pemasaran," ujarnya.
Fajarudin menyebut, Sumatra Barat mempunyai enam daerah yang potensial mengembangkan biji kopi arabika yakni Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Pasaman Barat.
Ia merinci, luas perkebunan kopi di daerahnya, seluas 20.754 hektare (Ha), dengan total produksi 15.670 ton per tahun.
Menurutnya, meningkatnya pertumbuhan perkebunan kopi di Sumbar, karena didukung ketersediaan lahan dengan ketinggian di atas 1.000 meter dari permukaan laut. Selain itu, dipengaruhi oleh tingginya minat petani untuk mengembangkan biji kopi arabika.
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) Sumatra Barat menggelar festival kopi bernama 'Peragaan Mutu Kopi' di kota Padang pada 3 Mei 2016. Festival tersebut ditujukan untuk menghargai keberadaan petani kopi di Indonesia.
Ketua AKSI Syafrudin, menjelaskan, kegiatan itu bertujuan untuk memotivasi para petani untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. Salah satunya, seperti kopi asal Solok, Sumatra Barat yang rasanya terkenal hingga mancanegara. "Kegiatan ini adalah upaya kita untuk memotivasi petani untuk menghasilkan kopi berkelas," ujarnya.