Sabtu 07 May 2016 23:16 WIB

Solo Bershalawat

Rep: Andrian Saputra/ Red: Damanhuri Zuhri
masyarakat bershalawat (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
masyarakat bershalawat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Berduyun-duyun. Ribuan warga Solo berdatangan memadati Jalan Jendral Sudirman, Kota Surakarta Jawa Tengah, Jum’at (6/5) malam. Kebanyakan, mereka  mengenakan busana muslim serba putih. Ada juga beberapa orang memakai jaket hitam bertuliskan nama majlis zikir yang diikutinya.

Sekitar pukul sembilan malam. Jalan Jendral Sudirman nampak seperti lautan manusia. Sebagian duduk bershaf-shaf di sepanjang jalan. Namun ada juga yang memilih duduk di pelataran perkantoran sekitarnya.

Puluhan Juru Parkir yang tersebar di beberapa lokasi pun kewalahan mengatur kendaraan warga yang baru datang. Polantas dan Dishub,terus mengatur lalu lintas.

Jalan  mulai dari depan Kantor Bank Indonesia, Solo, hingga Kantor Walikota Surakarta ditutup. Kendaraan yang hendak melintas terpaksa dialihkan ke jalur alternatif. Sementara keramaian itu, menjadi berkah bagi ratusan pedagang yang tengah mengais rezeki.

Tak lama berselang. Lantunan shalawat terdengar mengalun merdu. Nada yang dihasilkan dari pukulan rebana, selaras mengiringi.

Di atas panggung, grup shalawat itu membuka acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW dan parade Hadrah 2016 dengan tema Solo Bershalawat yang digelar Pemerintah Kota Surakarta. Sedang  jamaah terus berdatangan.

Ya nabi salam ‘alaik, ya rasul salam ‘alaik, ya habib salam ‘alaik, shalawatulah ‘alaik,” begitu petikan shalawat yang dilantunkan.

Serempak, jamaah mengikuti. Gema shalawat ribuan umat muslim di Solo menggetarkan setiap sanubari jamaah yang hadir. Di sela shalawat, doa dipanjatkan. Pria, Wanita, Orang tua, Anak muda, semua larut dalam khusyuknya doa.

Begitupun Tarti (44 tahun) warga Banjarsari, salah satu jamaah yang hadir saat itu. Sembari menahan kantuk, ia tetap melafalkan shalawat seperti yang dilantunkan jamaah lainnya.

Ia tak sendiri. Tarti datang beserta keluarga besarnya. Kegiatan seperti shalawat bersama, zikir dan tablig akbar memang sudah sering kali diikutinya. Ia mengaku hal itu membuat hatinya tentram. “Agar hatinya bersih kan mau Puasa (Ramadhan) juga. Ngantuk sih, tapi ditahan saja,” tuturnya.

Sementara bagi Akmal, meski sambil menjajakan barang dagangannya. Ia tetap mengikuti shalawat dan zikir yang dipimpin sejumlah tokoh ulama di atas panggung.

Tak seperti hari biasanya, malam itu buku-buku zikir dan shalawat yang dijual Akmal laris manis. “Alhamdulillah, banyak yang beli. Biasanya yang tidak bawa buku shalawat dan zikiran,” tuturnya.

Solo Bershalawat. Itulah slogan yang tertulis dalam spanduk yang terpasang di sepanjang jalan. Menurut Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dalam sambutannya mengungkapkan, berbarengan dengan peringatan Isra Mi’raj, Pemkot Surakarta mengajak masyarakat untuk melestarikan kesenian hadrah dan menjadikan kota Surakarta sebagai kota shalawat.

Misi tersebut sebenarnya sudah berlangsung sejak 2013, namun Rudy begitu akrab disapa, menilai kegiatan-kegiatan keagamaan harus lebih sering juga diadakan hingga ke tingkatan RT.

“Pembangunan kerohanian dilakukan bersama-sama, kita sudah bisa sampai kelurahan semoga bisa sampai tingkat RT/RW,” kata Rudy.

Tak lupa Rudy menyampaikan agar masyarakat Surakarta senantiasa menjaga kerukunan di tengah keberagaman pemeluk agama. Sementara Ulama asal Cirebon Jawa Barat, Buya Yahya, yang diundang mengisi ceramah, berpesan agar momentum Isra’ mi’raj dijadikan sebagai pelajaran untuk mempertebal ketauhidan.

Ia juga menyinggung agar tokoh-tokoh agama tak mudah diadu domba. Sebab ia menilai banyak pertikaian masyarakat terjadi bermula karena adanya adu domba antar tokoh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement