REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Beringin Karya (Berkarya) menegaskan partai tersebut bukan terbentuk akibat kekecewaan terhadap Partai Golkar. Meski begitu, Berkarya membuka ruang bagi kader Golkar yang kecewa dengan hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dan ingin bergabung.
"Kami dengan senang hati menerimanya," kata Ketua Umum Partai Beringin Karya Mayjen TNI (pur) Syamsu Djalal saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (13/5).
Namun dia menegaskan Partai Berkarya tidak ada hubungan apa-apa dengan Golkar dan merupakan partai yang berdiri sendiri. Partai Berkarya, kata Syamsu, adalah sebuah gerakan moral untuk memperjuangkan cita-cita proklamasi kemerdekaan RI dan merupakan penerus dari spirit dan nilai karya kekaryaan yang telah diperjuangkan sejak 1959 oleh para pendiri bangsa melalui sebuah gerakan golongan fungsional.
Partai Berkarya juga hendak turut meramaikan ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Namun niat tersebut baru akan lebih dimatangkan lagi nanti usai konsolidasi, termasuk soal Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan kepengurusan di bawahnya. "Enggak usah banyak bicara, kami buktikan saja," kata dia.
Di awal-awal pembentukannya ini, Partai Berkarya menyoroti kasus penyalahgunaan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menurut Syamsu, hukum jangan hanya tajam ke bawah namun tumpul ke atas.
"Kami yang akan ungkap. Selama ini enggak ada yang berani ungkap ini. Kami ingin bisa berbuat yang terbaik untuk NKRI," ujarnya.