REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie menilai 18 tahun bergulirnya era reformasi, adalah saat tepat untuk melakukan evaluasi.
Sebab menurutnya masih banyak cita-cita reformasi yang belum tercapai, sekaligus banyaknya hal yang kelewat batas dari apa yang dicita-citakan reformasi.
"Kita punya hak mengevaluasi sistem yang ada, dan 18 tahun ini momentum tepat untuk evaluasi," katanya.
Jimly turut meminta masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan, terhadap pihak-pihak yang mengarahkan Indonesia seakan merindu dan untuk mundur lagi ke belakang.
Menurutnya, kekurangsempurnaan sistem yang ada tidak berarti Indonesia harus mundur ke sistem penguasa yang lama, tapi sebagai pengingat pentingnya perbaikan.
Justru, lanjut Jimly, saat ini menjadi momentum yang tepat meluruskan mana yang kurang dari sistem, dan semakin memodernkan sistem organisasi dan kelembagaan di Indonesia.
Ia meminta masyarakat untuk tidak mengkultuskan seorang pemimpin, dan bersikap tegas apabila seorang pemimpin tidak uswatun hasanah atas amanah yang diemban.
Jimly berpendapat kalau itu sesuai dengan anjuran kenegaraan dalam Islam, yang melarang umat untuk taat kepada suatu mahluk terutama dalam kemaksiatan.
Ia menambahkan kalau Islam mewajibkan masyarakat menjadi pengingat, dan menjaga seorang pemimpin agar tidak terlena dengan jabatan.