REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam membangkitkan rasa nasionalis dan cinta Tanah Air, Bina Sarana Informatika (BSI) mengadakan Seminar Kebangsaan. Kegiatan tersebut diadakan di Aula BSI Cengkareng, Selasa (31/5).
Seminar tersebut diikuti oleh mahasiswa BSI dan siswa-siswi SMA/SMK, Madrasah dari sekolah sekitar Cengkareng. Seminar yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB ini menghadirkan tiga narasumber dengan latarbelakang yang berbeda. Mereka adalah Subroto (redaktur pelaksana Harian Republika), Sriyadi (ketua jurusan Komputer Akutansi BSI) dan Tresno (vokalis Tipe-X).
Di pandang dari sudut media Subroto menjelaskan makna kebangsaan terutama bagi generasi muda. "Yakinlah bahwa kegiatan-kegiatan ini sangat bermanfaat untuk teman-teman, tapi kegiatan ini (akademik) saja tidaklah cukup karena ini hanya persyaratan dasar," ujar Subroto.
Lebih lanjut Subroto menjelaskan panjang lebar mengenai empat fungsi media. “Yakni, to inform (menginformasikan), to educate (mendidik), to entertaint (menghibur), dan sosial control (control sosial),” papar Subroto.
Sementara itu Tresno berpesan bagi generasi muda saat ini agar menjadi manusia-manusia yang lebih hebat lagi. "Pemuda-pemuda sekarang harus lebih hebat lagi. Zaman sekarang sudah serba canggih, terutama sekarang sudah banyak media sosial,” tegas Tresno.
Tresno mengemukakan, sebenarnya sosial media ini di luar pertemanan. Awalnya secara umum dari situ. Semakin hari kan semakin baru terus, mulai dari Facebook, Instagram dan lain-lain. “Kalau saya kan sebagai public figur dengan adanya sosial media ini sangat membantu, nah kalian sebagai generasi muda seharusnya dapat memanfaatkan itu," ujar Tresno.
Ada pesan khusus yang disampaikan oleh Tresno kepada para pemuda khususnya mahasiswa BSI dalam memaknai Kebangsaan. "Pesan saya terhadap generasi muda yakni harus punya mimpi, kenali kemampuan diri kita, keberanian, menentukan sikap,” ujar Tresno.
Selaku waki l dari bidang akademisi, Sriyadi menjelaskan sikap nasionalisme dari sudut pandang wawasan kebangsaan. "Nasionalisme bangsa itu luar biasa, seperti salah satunya dalam memperingati kebangsaan. Tapi itu saja (hanya memperingati) tidak cukup. Artinya, kalau kita bisa mengkaji tokoh-tokoh nasional, bagi generasi muda, Sumpah Pemuda telah mewakili dan dapat dilakukan," ujar Sriyadi.
Bicara mengenai cita-cita Sriyadi berpesan kepada para peserta yang mayoritas masih mahasiswa agar tetap konsisten dengan profesi yang dijalankan. "Kalau kalian tidak memiliki cita-cita, jalankan profesi yang saat ini dilakukan secara sungguh-sungguh,” ujar Sriyadi.
Sebagai seorang akademisi yang menekuni bidang pengajaran, Sriyadi menjelaskan pula peran seorang guru terkait dengan maraknya kasus kekerasan guru kepada anak. "Pakai gaya Gusdur, ‘Gitu aja repot’. Kalau melihat kasus kekerasan tidak hanya di sekolah saja, namun juga di keluarga juga ada,” tuturnya.
Ia juga menyebut contoh kasus mahasiswa datang terlambat. “Karena kenakalan remaja juga menjadi PR buat kita, mengerti karakter anak itu seperti apa dan kasih sayang. Saya mengutip dari salah satu artikel yang memiliki makna hakikat dari bhineka tunggal ika yang ada dari salah satu artikel,” ujar Sriyadi.