Kamis 02 Jun 2016 16:44 WIB

Sopir Angkot Demo Terkait Bus Sekolah Kota Bandung

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Ilham
Bus sekolah (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'Lang
Bus sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan sopir angkutan kota (angkot) di Kota Bandung melakukan aksi mogok massal. Para sopir juga menggelar aksi unjuk rasa di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/6).

Aksi ini ditujukan sebagai protes terhadap beroperasinya bus sekolah gratis yang dikeluarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Mereka memarkirkan kendaraannya di pinggir Jalan Wastukencana dan membawa poster-poster berisikan tuntutan penghentian operasional bus sekolah.

Koordinator aksi yang juga sopir angkot jurusan Cicadas-Cibiru, Rosadi (51) mengatakan, para sopir menuntut keberadaan bus berwarna kuning tersebut dihilangkan. Pasalnya, dengan adanya bus sekolah gratis, penghasilan mereka berkurang drastis.

“Demo unjuk rasa kami ini menuntut bus sekolah gratis dan TMB dihilangkan. Penghasilan kami berkurang sampai 80 persen,” kata Rosadi di sela-sela aksi unjuk rasa di Balai Kota Bandung, Kamis (2/6).

Rosadi menyebutkan, berkurangnya pendapatan sopir sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Dikarenakan tidak ada kebijakan baru dari wali kota, maka ratusan sopir nekat mogok massal dan berdemo. Ia menilai kebijakan bus sekolah tidak sesuai dengan janji Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang ingin menyejahterakan sopir.

Justru dengan bus sekolah, para sopir tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, pelajar merupakan potensi pendapatan besar bagi mereka. Ia menuturkan, para sopir kini hanya bisa mendapatkan rata-rata Rp 50 ribu dalam satu hari. Dengan angka sekecil itu, bahkan banyak yang terpaksa meminjam ke rentenir untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. “Katanya mau menyejahterakan rakyat, tapi ini justru membunuh kami para sopir angkot,” ujarnya.

Menurutnya, para sopir merasa kebijakan Ridwan Kamil tidak tepat sasaran jika mengoperasikan bus sekolah untuk menyejahterakan rakyat dari segi pendidikan. Mereka menilai jika ingin menyejahterakan rakyat dari segi pendidikan, maka kebijakan yang dikeluarkan adalah penggartisan biaya pendidiakan, bukan ongkos transportasinya. Karena hal tersebut justru memutus penghasilan sopir.

Pantauan Republika.co.id di Jalan Ibrahim Adjie, sopir yang masih nekat beroperasi diberhentikan paksa dan diminta menurunkan penumpang. Akibatnya, banyak penumpang terlantar akibat dipaksa turun.

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil mengaku tidak akan menghapus program bus sekolah gratis. Pasalnya, jumlah unit bus yang beroperasi juga tidak seberapa. Sehingga tidak mungkin membuat penghasilan sopir turun sebegitu besar.

"Bus itu sangat sedikit, didemo bilang pendapatan turun 50 persen karena bus. Bus buruh hanya dua unit, busnya kecil, kadang statistiknya itu. Bis sekolah tidak signifikan juga. Kita tetap jalan," kata pria yang akrab disapa Emil saat dikonfirmasi di Pasar Caringin, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Kamis (2/6).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement