REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah dijadwalkan menjalani pemeriksaan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa (7/6). Ia akan diperiksa terkait kasus dugaan suap penanganan perkara korupsi penyalahgunaan honor dewan pembina RSUD M Yunus pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bengkulu.

"Ia diperiksa sebagai saksi untuk tersangka ES (Edi Santoni)," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha saat dikonfirmasi Selasa (7/6).

Selain itu, penyidik KPK juga menjadwalkan pemeriksaan terhadap Hakim Tipikor Bengkulu, Siti Inshiroh, serta sopir dari Ketua PN Kepahiang, Janner Purba yakni Sugiharto dan seorang swasta bernama Ruzian Mizi.

Diketahui, Junaidi Chamsyah sendiri telah ditetapkan tersangka korupsi terkait pembayaran honor Tim Pembina RSUD M Yunus, Bengkulu sebesar Rp 5,6 miliar oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pada 2015 lalu. Kasus itu pun telah masuk ke pengadilan tipikor Bengkulu.

Sementara, pemeriksaan terhadap Siti Inshiroh, yang merupakan salah satu dari tiga majelis hakim yang menangani perkara tersebut selain Janner pura dan Toton bukanlah pertama kalinya. Sebelumnya, pada pekan lalu ia telah dipanggil penyidik KPK.

Diketahui, dalam kasus ini KPK telah menetapkan lima orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap pengamanan sidang perkara dugaan korupsi honor Dewan Pembina RSUD M Yunus Bengkulu di Pengadilan Tipikor Bengkulu.

Kelimanya yakni Ketua Pengadilan Negeri Kepahiyang, Bengkulu, Janner Purba (JP), Hakim ad hoc di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bengkulu Toton (T), Panitera pengganti PN Bengkulu Badarudin Bacshin (BAB) serta mantan Wakil Direktur Umum dan Keuangan RS M Yunus, Edi Santoni (ES), dan mantan Kabag Keuangan RS M Yunus, Bengkulu, Safri Safei (SS).

Ikuti Whatsapp Channel Republika