REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi, mengatakan pihaknya tidak melihat adanya indikasi permainan kartel besar dalam penentuan harga daging sapi. Jika kartel ikut bermain, harga jual daging sapi diperkirakan akan jauh lebih tinggi dari saat ini.
"Kami kira soal kartel besar itu tak ada. Sebab, kalau kartel besar sudah ikut bermain, kondisi harga jual daging sapi pasti lebih bergejolak," ujar Asnawi ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/6).
Dia mencontohkan adanya peran kartel pada 2015 lalu saat ada lonjakan harga daging sapi yang signifikan. Menjelang Ramadhan 2015, harga daging sapi telah mencapai sekitar Rp 130 ribu sampai Rp 140 ribu per kilogram.
"Sementara saat itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat rata-rata harga jual daging sapi di pasaran Rp 123.500 per kg. Sementara itu, kini Kemendag mencatat rata-rata harga jual daging sapi masih Rp 113 ribu per kg. Artinya tetap aman," kata dia.
Menurut Asnawi, kondisi seperti ini semakin menguatkan anggapan tidak adanya keterlibatan kartel-kartel besar dalam penentuan harga daging sapi. Jika harga jual daging sapi di beberapa daerah saat ini ada yang di atas Rp 130 ribu per kg hal itu disebabkan faktor prioritas distribusi.
Baca juga, Oso: Kartel Daging Luar Biasa Kejam.
Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menilai, naiknya harga daging sapi selama ini disebabkan oleh permainan kartel besar. Kartel besar ini memonopli distribusi daging. Alhasil, pemerintah kesulitan mengendalikan harga daging tersebut di tingkat pengecer.
"Sedikit-dikitnya lima kartel besar, 5 kartel besar itu udah tahu kita, tidak mau dibuka dulu, kalau dibuka nanti kabur," kata Oso, kepada wartawan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu. (8/6)