REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemkot Padang, Sumatra Barat menyalurkan bantuan 3.500 karung yang akan diisi pasir untuk membantu masyarakat dalam membuat penahan ombak guna mengatasi abrasi di wilayah yang terdampak.
"Kami telah melakukan penyaluran karung masing-masing lebih dari 500 karung pada tiap wilayah yang akan diisi pasir oleh masyarakat sebagai penahan ombak sementara," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Padang Rudi Rinaldy di Padang Kamis (9/6).
Sebanyak 119 rumah warga di Kota Padang terkena dampak abrasi yang terjadi mulai dari 3 Juni sampai dengan hari ini. Wilayah yang terdampak abrasi di Kota Padang antara lain Kecamatan Padang Selatan sebanyak enam unit rumah rusak, Padang Utara sebanyak 52 unit, Kelurahan Gates Nan XX Lubuk Begalung 49 rumah yang terdiri dari enam rumah rusak berat dan 42 rusak ringan, Koto Tangah, Kelurahan Pasie Nan Tigo sebanyak 12 unit rumah yang terdiri dari empat rumah rusak berat dan delapan unit rumah rusak berat.
"Nanti akan dilakukan pemasangan batu grid serta tanggul dengan adanya koordinasi dengan SKPD terkait terlebih dahulu," katanya.
Ia berkata, untuk pemasangan tersebut membutuhkan waktu yang lama dan dana yang besar, tetapi hal itu efektif untuk penanganan abrasi dalam jangka waktu menegah hingga jangka panjang. Dia berharap adanya pembangunan break water (pemecah ombak) sehingga ombak tidak sampai ke permukiman warga, ketika ombak itu masuk ke tepi pantai langsung bertemu dengan pemecah ombak, sehingga dapat mencegah air laut masuk ke rumah warga.
"Semakin rapat pemecah ombak maka akan semakin bagus, namun biaya dibutuhkan untuk itu besar, kita akan mengusulkan hal itu," ujarnya.
Sementara itu, Wali kota Padang Mahyeldi mengatakan akan dilakukan pemasangan batu grid, namun membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak sedikit, karena untuk pembuatan satu buah batu grid membutuhkan dana yang besar. Serta adanya kendala dilapangan dalam pemasangan batu grid tersebut.
"Pada salah satu wilayah yang terkena dampak, dulu ketika dilakukan pemasangan batu grid petugas dikejar dengan parang bahkan sebagian pemuda di sana ketika truk-truk yang mengangkut batu grid tersebut lewat, mereka minta uang," katanya.
Ia berharap kepada camat dan lurah daerah setempat yang terkena abrasi agar ketika ada proyek pemasangan batu grid menindak dan memberikan penjelasan kepada warga bahwa yang dikerjakan adalah untuk pengamanan masyarakat itu sendiri agar masyarakat dapat terhindar dari bencana abrasi.
"Diperlukan kesadaran oleh masyarakat, karena ketika kejadian masyarakat berteriak, padahal pemerintah sebelumnya jauh-jauh hari sudah mengingatkan tentang hal itu, untuk pindah dari wilayah tepi pantai tersebut, namun masyarakat sebagian belum memahami akan arti penting ajakan oleh pemerintah ini," ujarnya.
Terkait itu, salah satu korban abrasi Pantai warga Pasie Nan tigo, Pasir Jambak Wetri Maini (32 tahun) mengatakan ia sangat membutuhkan pemasangan batu grid agar tempat usahanya yaitu sebuah warung makan dapat terselamatkan.
"Dulu pemerintah menjanjikan adanya perpanjangan batu grid yang sudah ada ini pada April 2016, tapi sekarang sudah bulan Juni belum ada tanda-tanda akan dilakukan pemasangan lagi," katanya.
"Kami hanya takut ketika tempat usaha ini roboh akibat abrasi maka saya tidak lagi punya tempat usaha, sehingga saya tidak bisa lagi menafkahi anak-anak saya," kata dia.