Kamis 16 Jun 2016 19:03 WIB

BMKG: Gelombang Tinggi dan Banjir Rob Masih Berpotensi Terjadi

Rep: um/ Red: Esthi Maharani
Logo BMKG
Logo BMKG

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat yang tinggal di bibir pantai agar waspada. Gelombang tinggi dan banjir rob diperkirakan masih potensial terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Yunus S. Swarinoto menjelaskan, saat ini kondisi cuaca menunjukkan adanya indikasi peningkatan kecepatan angin timuran di sebagian besar wilayah perairan Indonesia. Seperti laut Jawa, laut Flores, laut Banda, laut Arafuru dan perairan selatan Jawa.

Selain itu, ia menjabarkan, adanya pusat tekanan rendah di laut Andaman dan Samudera Hindia barat daya Lampung, juga menjadi faktor pemicu tingginya gelombang laut sekitar Samudera Hindia barat Sumatra dan selatan Jawa.

"Potensi gelombang tinggi diperakirakan terjadi hingga dua hari lagi, dengan kategori," kata dia dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (16/6).

Yunus menjabarkan, gelombang setinggi 1,25 sampai 2,5 meter terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan Kepulauan Mentawai-Padang, laut Jawa bagian timur, selat Makassar bagian selatan, laut Flores, laut Banda, perairan Kepulaian Kai dan Aru, laut Arafuru serta, laut Timor. Kemudian, gelombang setinggi 2,5 sampai 4,0 meter terjadi di perairan utara dan barat Aceh, perairan Kepulauan Nias, perairan barat Lampung, selat Sunda bagian selatan, serta perairan selatan Jawa hingga NTT.

Untuk gelombang setinggi empat hingga enam meter berpotensi terjadi di laut Andaman, perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Kepulauan Enggano – Bengkulu, Samudera Hindia barat, Bengkulu hingga Lampung.

"Dengan kondisi gelombang laut yang masih cukup tinggi tersebut, masyarakat diimbau untuk waspada dan siaga terutama masyarakat pesisir dan masyarakat pengguna moda transportasi laut," ujar dia.

Yunus juga meminta masyarakat waspada terhadap banjir rob yang berpotensi  terjadi pada tanggal 19 hingga 23 Juni 2016. Sebab, ia menjelaskan, saat itu bertepatan dengan fase bulan purnama (spring tide), serta adanya anomali positif tinggi muka laut di beberapa wilayah seperti, Belawan dan pantai utara Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement