Kamis 16 Jun 2016 20:13 WIB

Diciduk Petugas, Ini Kronologi Kematian Putra Kiai Muhammadiyah Versi Polisi

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Garis Polisi
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Garis Polisi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabid Humas Sulawesi Tenggara (Sultra) AKBP Sunarto membenarkan adanya dugaan penganiaayaan yang dilakukan oleh oknum polisi di balik kematian Abdul Jalil (25 tahun). Kasus tersebut saat ini dalam penanganan Propam dan Direktorat Reserse Kriminal Polda Sultra.

"Itu sedang di dalami propam, kan keluarga mengadu pada propam dan krimum. Jadi kami ada dua laporan dari pihak keluarga dan saat ini sedang kita tangani," ujar Sunarto saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta Kamis (16/6).

Sunarto memaparkan kronoligi sebelum kematian putra dari salah satu tokoh agama dan juga mantan dosen di Universitas Muhammadiyah Kendari. Kasus tersebut, kata dia, mulanya ada laporan dari korban yang dijambret dan dugaan pelecehan seksuaL oleh dua orang pelaku.

Polisi menerima laporan tersebut dan melakukan penyelidiakan hingga ditangkapnya tersangka atas nama Ambang. Selanjutnya penyidik kembali melakukan pengembangan dan akhirnya diamankan pelaku lain yakni Abdul Jalil. "Kemudian dibawa oleh petugas dan informasi personel kita di lapangan dia melakukan perlawanan sehingga dilumpuhkan pada betisnya dengan luka tembak," ujar Sunarto.

Selanjutnya petugas segera melarikan Jalil ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Kemudian Jalil dipindahkan ke ruang tahanan untuk kepentingan penyelidiakan. "Tapi kemudian Jalil ini mengeluh sakit, dia mengaku 'ginjal saya sakit'jadi dibawalah ke rumah sakit dan sampai di rumah sakit dinyatakan meninggal dunia,"jelas Sunarto.

Sedangkan saat ditanyakan perihal luka memar dan sayatan pada tubuh Jalil, menurut dia karena pada saat akan melakukan penangkapan Jalil berontak dan melawan. Untuk itulah sambungnya, akan dilakukan autopsi atas izin pihak keluarga Jalil. "Kalau luka sayatan karena yang bersangkutan sudah dikuburkan akan dilakukan autopsi lagi. Pihak setuju," ujar dia.

Namun Sunarto kembali menambahkan bahwa pihak keluarga menginginkan autopsi dilakukan dengan independent. Artinya dokter yang dihadirkan dalam autopsi bukan dokter Forensik dari kepolisian.

"Untuk waktunya kapan belum ditentukan karena perlu kesiapan dokter dan sebagainya karena dari pihak keluarga korban minta independen," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement