REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) menambah kuota peserta pelatihan keterampilan kejuruan pada tahun ini. Kuota peserta pada pelatihan yang termasuk program Cermat di bidang ketenagakerjaan ini mencapai 1.040 orang.
Kepala Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi KBB Heri Partomo menuturkan pada 2015, total peserta yang ikut dalam program tersebut hanya 800 peserta. Jumlah ini kemudian bertambah seiring dengan komitmen Pemkab Bandung Barat untuk meningkatkan kompetensi lulusan wajib belajar pendidikan dasar selama 12 tahun.
"Apalagi, banyak lulusan SMA sekarang yang masih belum punya skill. Kalau belum punya, jelas akan sulit untuk diterima saat melamar pekerjaan," tutur dia, Jumat (17/6).
Heri menjelaskan, total anggaran yang digelontorkan untuk program Cermat di bidang ketenagakerjaan ini mencapai Rp 2,6 miliar. Rincian programnya, yaitu pelatihan di sejumlah keterampilan, mulai dari menjahit, memperbaiki ponsel atau barang elektronik lain, tata boga, hingga kerajinan tangan.
Pemberian keterampilan tersebut bertujuan agar para peserta bisa berwirausaha. Dengan begitu, peserta bisa lebih mandiri, berdaya saing, sekaligus dapat memberdayakan kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk membantunya dalam berwirausaha.
"Setidaknya dari pelatihan ini, mereka bisa mempunyai skill yang matang. Kalau sudah punya kemampuan, tentu akan lebih mudah untuk berwirausaha," tambah dia.
Dari total ribuan peserta itu, sebanyak 200 peserta berasal dari kalangan santri pondok pesantren (ponpes). Asal santri ini pun beragam. Ada yang dari Ponpes Irsyadul Baidhowi di Kecamatan Cipatat, Ponpes Al-Falah di Ngamprah, Darul Hikam Al-Musri di Sindangkerta, Al-Abror di Padalarang, Al-Muawanah di Cipeundeuy, Attafsir di Batujajar, Ma'had Toyyiba Al-Islam di Lembang, Riadlussalam di Gunung Halu, Alhuda di Cipongkor, Irsyadul Mubtadin di Saguling, dan Nurul Hidayah di Cililin.
Menurut Heri, kalangan lulusan dari ponpes juga harus menjadi sasaran pelatihan keterampilan kejuruan itu. Sebab, ia berharap, santri tidak hanya pintar soal ilmu keagamaan, tapi juga memiliki suatu keterampilan sehingga mampu menjadi lebih mandiri ketika terjun di masyarakat.