Ahad 19 Jun 2016 19:10 WIB

Hingga Ahad Sore, 35 Orang Tewas Akibat Longsor di Jateng

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Warga beserta relawan dan Tim SAR gabungan membersihkan puing bangunan rumah warga yag terkena longsor di Desa Gumelem Kulon, Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (19/6).
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Warga beserta relawan dan Tim SAR gabungan membersihkan puing bangunan rumah warga yag terkena longsor di Desa Gumelem Kulon, Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (19/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban akibat bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah tercatat bertambah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan jumlah korban bencana banjir dan longsor menjadi 35 orang meninggal dan 25 orang hilang.

"Hingga Ahad (19/6) pukul 17.30 WIB, jumlah korban akibat banjir dan longsor di Jawa Tengah adalah 35 orang tewas, 25 orang hilang, 14 orang luka-luka, ratusan rumah rusak dan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah," jelasnya.

Secara rinci, jumlah korban jiwa di Kabupaten Purworejo sebanyak 19 tewas, 25 orang hilang, dan 11 luka-luka. Di Banjarnegara tercatat 6 orang tewas dan 3 orang luka-luka, dan di Kebumen 7 orang tewas. Sedangkan di Sukoharjo, Rembang, dan Banyumas masing-masing 1 orang tewas.

Mayoritas korban meninggal dan hilang akibat bencana longsor yang tercatat mencapai 31 orang. Sedangkan, 4 orang tewas akibat terbawa arus banjir.

Lebih lanjut, ia menyampaikan proses pencarian korban hilang serta evakuasi dan penanganan darurat bencana masih dilakukan di 16 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kendati demikian, sebagian besar banjir telah surut.

Menurutnya, akses menuju lokasi longsor cukup sulit dijangkau sehingga alat berat tidak dapat digunakan untuk mencari korban tertimbun longsor. Pencarian dilakukan dengan manual oleh ratusan personil SAR gabungan. Lima alat berat pun telah dikerahkan untuk mencari korban di Purworejo.

Sutopo mengatakan, Kepala BNPB Willem Rampangilei, telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah guna penanganan darurat banjir dan longsor. BNPB juga mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan kajian cepat dampak bencana.

BNPB pun mengimbau masyarakat agar tetap waspada. Sebab, hujan lebat diperkirakan masih berpotensi turun hingga 20 Juni 2016.  Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S Swarinoto, juga menyampaikan potensi hujan lebat diperkirakan akan terjadi hingga 20 Juni.

"Diharapkan setelah tanggal 20 Juni potensi hujan lebat (wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah) akan berkurang," katanya.

Ia menjelaskan, berbagai faktor mempengaruhi kondisi cuaca ekstrim di Indonesia. Di antaranya yakni panasnya suhu muka laut di wilayah Indonesia bagian Barat sehingga banyak uap air memasok pertumbuhan awan.

Selain itu, masuknya massa udara basah dari wilayah Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat yang juga menyebabkan bertambahnya pasokan uap air.

"Melemahnya aliran massa udara kering dari Australia yang hanya mencapai wilayah NTT ke Timur sehingga mengakibatkan MK di Sumatera bagian Selatan, Jawa menjadi lebih basah daripada kondisi normal," jelasnya.

Tak hanya itu, wilayah dengan belokan angin yang mengakibatkan gerak vertikal kuat sehingga menyebabkan penumpukan massa udara basah dan berakibat pertumbuhan awan konvektif yang kuat di beberapa wilayah Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement