REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta menargetkan wilayahnya bebas dari gelandangan dan pengemis (gepeng), peredaran minuman keras (miras), serta pedagang kaki lima menjelang Lebaran. Sebab menjelang Lebaran ketiga hal tersebut biasanya semakin marak beredar.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan gelandangan dan pengemis ini disinyalir bukan warga asli Purwakarta. Tapi mereka sengaja mencari nafkah menjelang Lebaran dengan cara mengamen maupun meminta-minta.
"Mereka itu musiman," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (26/6).
Karena itu, pihaknya langsung melakukan tindakan represif dan persuasif guna menghalau mereka. Petugas Satpol PP setempat telah diterjunkan untuk melakukan penertiban gepeng dan pengamen musiman ini ke sejumlah titik yang menjadi lokasi operasional.
Dedi mengungkapkan beberapa hari lalu pihaknya mendapat banyak laporan soal semakin maraknya gepeng ini. Para gepeng ini beroperasi di titik-titik keramaian Purwakarta. Salah satunya, di jalur protokol Jl Jendral Sudirman.
"Mereka harus ditertibkan, kemudian akan dikembalikan ke daerah asalnya," ujarnya.
Tak hanya gepeng dan pengemis, lanjut Dedi, aksi bersih-bersih ini juga berlaku bagi peredaran miras dan pedagang kaki lima. Kalau miras, setiap malam dilakukan razia intensif bersama aparat gabungan dengan kepolisian.
Khusus bagi pedagang kaki lima musiman, yang biasanya berjualan di trotoal jalur protokol saat malam takbiran, juga akan ditertibkan. Sehingga pada malam takbiran kali ini jalan protokol tersebut bersih dari pedagang.
"Kenapa dibersihkan? Karena mereka berjualan sampai pukul 05.00 WIB menjelang pelaksanaan Shalat Idul fitri," ujarnya.
Keberadaan pedagang itu sangat menganggu. Terutama, sampah dampak dari transaksi jual beli. Akibat kondisi itu, para petugas kebersihan tak bisa mengerjakan tugasnya tepat waktu. Sehingga, mereka akan terlambat menjalankan ibadah shalat.
"Makanya, kami melarang ada pasar mendadak saat malam takbiran. Kasihan, petugas kebersihan yang ingin beribadah," ujar Dedi.