Sabtu 02 Jul 2016 13:12 WIB

Daya Beli Petani Meningkat di Bulan Juni

Petani kol memanggul hasil panennya, di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Ahad (15/5). Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman memastikan stok pangan termasuk hasil pertanian menjelang Ramadhan dipastikan aman. (Foto: Dede Lukman Hakim)
Foto: Dede Lukman Hakim
Petani kol memanggul hasil panennya, di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Ahad (15/5). Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman memastikan stok pangan termasuk hasil pertanian menjelang Ramadhan dipastikan aman. (Foto: Dede Lukman Hakim)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kemampuan daya beli petani dalam menjalankan usaha pertanian meningkat. Hal ini ditunjukan dari Nilai Tukar Petani (NTP) nasional Juni 2016 sebesar 101,47.

NTP dengan angka di atas 100 menunjukkan petani surplus, dimana indeks yang diterima petani lebih besar dari pada indeks yang dibayarkan petani untuk seluruh pengeluaran rumah tangganya.  

NTP Juni 2016 ini lebih tinggi 0,95 persen jika dibandingkan dengan NTP Juni 2015 sebesar 100,52.  Artinya daya beli petani saat ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Suwandi menjelaskan NTP merupakan indikator tingkat daya beli petani dan sekaligus juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP maka semakin baik daya beli petani.

“Sebagai respons atas beberapa kelemahan NTP, maka digunakan juga indikator Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yaitu rasio indeks yang diterima petani dari usaha pertanian dengan indeks yang dibayarkan petani hanya untuk pengeluaran usaha pertanian,” kata Suwandi di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Sabtu (2/7).

Suwandi menjelaskan pada bulan Juni 2016 biaya konsumsi rumah tangga di perdesaan juga mengalami peningkatkan 0,59 persen dibandingkan Juni 2015.  Namun prestasi NTP nasional Juni 2016 ini justru banyak ditopang dari kinerja NTP pada sub sektor tanaman pangan naik 0,08 persen dan peternakan naik 0,55 persen.

Besarnya NTP dipengaruhi juga tingkat inflasi, apabila inflasi tinggi maka menyebabkan NTP turun. Pada saat Ramadhan ini inflasi bulan Juni 2016 sebesar 0,66 persen. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bahan makanan 1,62 persen dengan andil inflasi 0,34 persen. Jika dibandingkan Juni 2015 tingkat inflasi bahan makanan mencapai 7,77 persen.

Suwandi mengatakan untuk melihat lebih spesifik daya beli dari usaha taninya, indikator yang digunakan yakni NTUP meningkat 0,24 persen. NTUP ini naik dari 109,36 pada Mei 2016 menjadi 109,63 pada Juni 2016. Artinya NTUP di atas 100 tersebut surplus dan surplusnya lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, NTUP Juni 2016 ini lebih tinggi 3,27 persen jika dibandingkan dengan NTUP Juni 2015 sebesar 106,16.  Artinya usaha tani saat ini jauh semakin baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Kenaikan NTUP nasional ini disokong dari peningkatan NTUP pada sub sektor tanaman pangan sebesar 0,39 persen dan peternakan sebesar 0,73 persen," ujar Suwandi.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir menyampaikan untuk meningkatkan daya beli dan kesejahteraan petani, aspek terpenting yang harus dibenahi yakni aspek hilir mencakup pengolahan, distribusi dan tata niaga. Menurutnya, aspek hulu dan on-farm sudah banyak diselesaikan pemerintah dalam hal ini Kementan.

"Untuk itu, pemerintah saat ini perlu fokus menangani aspek hilir. Ini harus ditangani secara tuntas. Dengan begitu, saya yakin petani akan sejahtera dan konsumen bahagia," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement