REPUBLIKA.CO.ID, BATU – Hujan yang saat ini masih mengguyur wilayah Malang Raya mengancam produksi stroberi di Kota Batu. Dalam kondisi normal, panen stroberi dimulai pada Juli atau Agustus dimana hujan tak lagi turun. Kondisi ini dapat menyebabkan mundurnya masa panen stroberi.
Tertundanya panen stroberi tentu saja merugikan petani. Pasalnya, libur sekolah dan Lebaran jatuh hampir bersamaan pada Juli dan Agustus. Agenda wisata petik stroberi yang menjadi salah satu andalan Kota Batu terancam absen pada musim liburan kali ini.
Para petani stroberi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu pun mengeluhkan kondisi tersebut. Heriyono, petani yang sudah belasan tahun membudidayakan stroberi, menanam 3 ribu bibit stroberinya pada Maret lalu. “Harusnya Juli atau Agustus sudah bisa dipanen tapi sampai hari ini masih banyak tanaman yang belum berbunga,” ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (3/7).
Sembari menunggu curah hujan berkurang, petani hanya melakukan perawatan agar tanamannya siap dipanen saat kemarau tiba. Heriyono memilih membuat bibit stroberi untuk masa tanam berikutnya.
Heriyono menuturkan jika musim panen tiba, ia mampu memanen stroberi dua hingga tiga kali dalam sepekan. “Stroberi yang dipanen banyak sekali, tak terhitung,” imbuhnya.
Apabila hujan masih turun di masa kemarau, ia memperkirakan produksi stroberi akan ikut menurun. Dalam satu musim tanam, pria warga Dusun Pandan ini mengeluarkan biaya sekitar Rp 10 juta untuk membeli bibit dan biaya perawatan. Tatakala panen tiba, ia menjual stroberinya ke pengepul seharga Rp 20 ribu per kilogram.