Rabu 06 Jul 2016 16:28 WIB

Lebaran Pilu Nenek Korban Penggusuran Kampung Aquarium

Rep: C39/ Red: Achmad Syalaby
 Warga berjalan diantara puing untuk mengikuti shalat Idul Fitri di bekas gusuran Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (6/7).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Warga berjalan diantara puing untuk mengikuti shalat Idul Fitri di bekas gusuran Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (6/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tahun ini, Nunung (53 tahun) tak bisa berkumpul bersama keluarga dan cucunya di kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah. Dia sudah tak punya uang karena rumah dan tempat usahanya sudah menjadi puing di Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara.

Sebelum Kampung Aquarium digusur, setiap Lebaran, perempuan paruh baya yang akrab disapa Nenek Nunung selalu pulang ke kampung halaman. Namun, setelah Pemprov DKI Jakarta menggusur usaha rumah kontrakannya, ia kini tak punya ongkos lagi untuk mudik. 

"Biasanya saya mudik. Kerasa banget suasana Lebaran tahun ini, kita sudah tiga bulan gak usaha lagi di sini, sekarang nol," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di tengah-tengah reruntuhan, Rabu (6/5) siang.

Saat ini, Nenek Nunung tinggal berdua bersama suaminya di dalam tenda darurat yang didirikan oleh para relawan. Sementara, anak dan cucunya kini harus tinggal bersama mertuanya di kampung."Lebaran di sini ya kita ada suka ada sedih juga. Kayaknya air mata sudah turun sendiri kayaknya dah," ucapnya tak kuasa menahan air mata.

Di hari pertama Lebaran, ia ikut melaksanakan shalat Idul Fitri di antara reruntuhan rumah warga. Ia bersyukur banyak warga yang juga mengikuti shalat berjamaah tersebut, termasuk akitivis LSM yang selama ini mengawal warga Kampung Aquarium."Habis sembahyang tadi, ngeliat puing tadi. Alhamdulillah banyak sih, tadi yang ikut shalat," ucapnya.

Saat momen Lebaran, biasanya ia berkumpul bersama cucunya di kampung. Namun, lebaran kali ia  terpaksa harus tetap tinggal di tenda, meskipun beberapa warga ada yang sudah pindah ke Rusunawa Rawa Bebek."Saya senengan di puing gitu, belum lupa. Kayaknya masih inget aja gitu," kata dia. 

Kemudian, dia menceritakan kisah salah satu warga yang bernama Agus. Menurut Nenek Nunung, saat pindah ke Rawa Bebek Agus masih mempunyai empat motor. Namun, saat ini hanya tinggal satu motor."Agus katanya di Rusun itu punya empat motor dulu, sekarang tinggal satu karena habis buat makan. Memang, keluar dari sini gak ada yang meningkat," jelas dia.

Seharusnya, kata Nenek Nunung, Gubernur DKI Jakarta tidak main gusur saja. Kata dia, Pemprov seharusnya membangun dialog dulu bersama warga kampung tersebut. Bahkan, pemerintah seharusnya menciptakan lapangan kerja buat warga yang menjadi korban penggusuran.

"Ini karena gak ada dialog, kalau ada dialog sebelumnya mungkin gak begini ya," ucapnya. "Kita juga gak ngelarang sebenarnya, mau dipakek ya silakan. Tapi kan kita diam di sini sudah lama, sudah puluhan tahun, dari anak masih kecil. Masak kita cuman ditendang doang, sampah aja masih ada tempatnya,"tambah dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement