REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Fenomena arus urbanisasi pascalebaran yang masih terjadi di kota-kota besar menjadi catatan penting bagi pemerintah. Masyarakat, saat ini masih beranggapan bahwa hidup di kota lebih menjanjikan dari pada hanya bertani di desa. Kondisi ini pun, menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Pemprov Jabar beberapa tahun terakhir ini telah berupaya membangun desa agar dapat menekan arus urbanisasi. Program pembangunan desa yang dilakukan Pemprov Jabar seperti Desa Peradaban, Gubernur Ngamumule Lembur dan program-program desa lainnya.
Program ini dibuat, agar kesejahteraan masyarakat di desa bisa meningkat. Pemprov Jabar dan kabupaten/kota, terus mengucurkan dana bantuan yang nilai totalnya mencapai Rp 300 Juta setiap bulannya kepada 5.319 desa di seluruh Jawa Barat. Program ini, dibuat sejak 2015.
"Itu pun belum termasuk bantuan dari pusat yang nilainya jauh lebih besar," ujar Heryawan yang akrab disapa Aher kepada wartawan, belum lama ini.
Aher mengatakan, pascalebaran ini, pihaknya akan terus meyakinkan masyarakat di desa bahwa kehidupan di desa-desa juga tidak kalah menarik. Ia berharap masyarakat bisa terus mengembangkan diri secara ekonomi di desanya masing-masing. Sebab, hidup di kota pun belum tentu berhasil apalagi dengan bekal pendidikan yang rendah.
“Kita terus yakinkan masyarakat hidup di desa pun bisa sejahtera bila mau mengembangkan potensi diri secara ekonomi," katanya.
Pemprov Jabar pun, dia mengatakan akan terus membantu dengan dana desa setiap bulannya. Bahkan, dana desa sekarang lebih besar dari pada kecamatan.
Aher berharap hal itu dijadikan momentum untuk mendorong desa terus membangun agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Sehingga, tidak perlu adanya urbanisasi dari desa ke kota. “Dengan memajukan desa otomatis kemiskinan akan berkurang tentu ini mempengaruhi fenomena urbanisasi yang sering tejadi pascalebaran,” katanya.
Aher menilai, urbanisasi pelajar atau mahasiswa ke kota memang tidak bisa dihindari. Karena, di desa belum ada sekolah atau universitas yang memadai. Bahkan, Aher mengaku menjadi korban urbanisasi karena di desa belum ada universitas. "Tapi urbanisasi untuk sekolah tentu boleh tapi setelah lulus kembalilah ke desa bangun desanya lewat ilmu yang didapat,” kata Aher.