REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini sekitar pukul 01.28 WIB sebagian besar wilayah selatan Jawa diguncang gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5,1 Skala Richter (SR). Pusat gempa bumi ini terletak di Samudera Hindia pada jarak sekitar 330 kilometer arah selatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, dampak gempa bumi ini menimbulkan guncangan pada I Skala Intensitas Gempa bumi BMKG (SIG-BMKG) atau II skala intensitas Modified Mercally Intensity (MMI) di hampir seluruh wilayah Jawa bagian Selatan. Mulai dari Malingping, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Yogyakarta, Pacitan, hingga Malang. Gempa bumi ini tercatat dengan baik oleh peralatan BMKG dan di berbagai daerah tersebut beberapa orang dilaporkan merasakan adanya guncangan gempa bumi.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan meskipun dampak gempa bumi tidak signifikan, tetapi peristiwa gempa bumi ini ditinjau dari zona seismogeniknya termasuk gempa bumi langka. "Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal di luar zona subduksi (outer rise), sehingga gempabumi ini menarik bagi para ahli kebumian," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, Jumat (15/7).
Jika diperhatikan letak episenternya, tampak bahwa pusat gempa bumi ini berasosiasi dengan dinamika tektonik di zona outer rise selatan Jawa yang mengalami tarikan Lempeng Indo-Australia di luar zona subduksi. Mengingat gaya yang bekerja berupa tarikan lempeng, dia mengatakan relevan jika mekanisme sumber gempa bumi yang terjadi adalah penyesaran turun (normal fault).
Peristiwa gempa bumi di luar zona subduksi memang tergolong langka. Di selatan Jawa, gempa bumi semacam ini pernah terjadi pada 11 September 1921 dengan kekuatan M=7,5. Laporan Visser (1922) menunjukkan bahwa spektrum guncangan gempa bumi saat itu mencapai jarak sejauh 1.500 kilometer.
Di Barat, guncangan dirasakan hingga Krui, Lampung dan di timur hingga Taliwang, Sumbawa. Di wilayah antara Cilacap dan Blitar dilaporkan banyak bangunan tembok mengalami retak-retak dan roboh. Menurut Soloviev dan Go (1984), gempa bumi outer rise Jawa 1921 memicu terjadinya tsunami kecil yang teramati di Parangtritis hingga Cilacap.
Daryono mengatakan patut disyukuri bahwa meskipun gempa bumi ini berpusat di laut dengan mekanisme sesar turun, tetapi gempa bumi yang terjadi pada dinihari tadi tidak menimbulkan tsunami. "Karena kekuatannya tidak mendukung adanya perubahan dasar laut yang signifikan untuk memicu terjadinya tsunami," kata dia.
Dari hasil monitoring BMKG selama satu jam pascagempa bumi belum terjadi gempa bumi susulan. Untuk itu masyarakat pesisir Selatan Pulau Jawa diimbau agar tetap tenang mengingat gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami.