Jumat 15 Jul 2016 16:58 WIB

Deddy Mizwar Minta Motif Peredaran Vaksin Palsu Ditelusuri

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ilham
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beberapa rumah sakit di Bekasi-Jabar disebut menggunakan vaksin palsu. Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar meminta, motif peredaran vaksin palsu di rumah sakit tersebut harus ditelusuri.

Selain motif ekonomi, tidak menutup kemungkinan peredaran vaksin di rumah sakit  terjadi karena adanya tekanan dari pihak-pihak tertentu. "Apa ada tekanan atau menguntungkan pribadi-pribadi terkait," kata Deddy, Jumat (15/7).

Menurut Deddy,  untuk memastikan anak-anak mengonsumsi vaksin asli, bisa saja dilakukan vaksin ulang. Ini diutamakan terhadap anak-anak di sekitar kawasan peredaran vaksin palsu. "Jika ada balita yang divaksin di tiap RS, bisa saja diulang," katanya.

Sementara itu, DPRD Jawa Barat mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas kasus peredaran vaksin palsu khususnya di wilayah Jawa Barat. Persoalan vaksin palsu ini tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut kesehatan jutaan generasi penerus bangsa.

Menurut Ketua Fraksi PDIP DPRD Jabar Waras Wasisto, pihaknya siap membantu Kepolisian dalam menginvestigasi peredaran vaksin palsu. Waras menilai, meski telah diketahui rumah sakit mana saja yang turut mengedarkan vaksin palsu, pengusutannya harus terus dilakukan untuk memastikan tidak adanya vaksin palsu yang beredar di masyarakat.

"Kementerian Kesehatan tidak cukup hanya mengumumkan 14 rumah sakit. Tapi yang jauh lebih penting adalah harus mengusutnya hingga tuntas," kata Waras di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Jumat (15/7).

Menurut Waras, peredaran vaksin palsu di 14 rumah sakit tersebut merupakan salah satu bukti lemahnya sistem pengamanan dan pengelolaan kesehatan. Sehingga, Waras menilai, tidak menutup kemungkinan adanya jaringan yang melibatkan oknum internal rumah sakit. "Saya menduga ini ada semacam jaringan vaksin palsu yang melibatkan pihak di internal rumah sakit," katanya.

Terlebih, kata dia, peredaran vaksin palsu ini sudah berlangsung sangat lama yakni sekitar 13 tahun. "Saya menduga vaksin ini sudah beredar luas, bukan hanya di Bekasi," kata Waras.

Oleh karena itu, Waras meminta pengusutan ini dilakukan terhadap internal rumah sakit. Oknum-oknum yang dicurigai harus diminta keterangan untuk membongkar sindikat yang mengancam kesehatan jutaan anak ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement