REPUBLIKA.CO.ID, NICE -- Ahmed Abou-Zaid, pria asal Melbourne, telah kembali ke Promenade des Anglais untuk pertama kali sejak ia terjebak dan terimpit orang-orang yang mencoba melarikan diri dari serangan teroris di Nice, Prancis, Kamis pekan lalu (14/7).
Ia adalah satu dari 20 mahasiswa asal Victoria University di Melbourne yang sedang mengikuti studi di European Innovation Academy di Nice, Prancis. Saat perayaan Bastille Day, Ahmed seperti halnya warga Nice lain pergi ke pantai untuk menonton pertunjukan kembang api.
Setelah sempat terpisah dari salah satu temannya, ia bersama teman-temannya lain mendapatkan SMS yang kemudian menyelamatkannya.
"Saya mendapat SMS agar berlari pergi. Ia menyebutkan, 'Saya tidak tahu mengapa semua orang lari, tapi berlarilah pergi. Saya bahkan tidak peduli siapa di sebelah saya, saya langsung mengambil tas, berbalik arah dan berlari,'" ujar Ahmed.
"Pertama ada jeritan dan orang-orang berteriak, setelah itu saya mendengar bunyi tembakan. Saya mendengar tembakan, berulang kali. Jadi, saya tidak tahu apakah itu dari mobil atau beberapa orang. Saya merasa seseorang menembaki orang-orang, jadi saya terus belari, mencoba melarikan diri dari apa pun yang terjadi di belakang dan suara semakin dekat," ujarnya.
Ahmed mengatakan, dirinya sempat yakin kalau akan terbunuh. "Jadi saya mengatakan, sudah, saya akan mati. Saya mulai berpikir soal keluarga saya. Berpikir soal istri saya dan keluarga saya. Tidak ada hal lain yang bisa saya pikir selain mereka," katanya.
Ahmed berlari kencang mengikuti jalan dan berbelok ke kiri, ke sebuah pinggiran jalan di mana ia menemukan satu kompleks apartemen.
"Saya melihat seorang wanita Afrika dengan anaknya yang mengetuk pintu, lalu saya mengikutinya, rupanya rumah keluarga Afrika, lalu saya bertanya, 'Bolehkan saya tinggal?'"
Mereka mengizinkannya masuk dan menawarkan minum serta menyilakannya duduk. "Kami berpelukan dan mereka mengatakan kamu akan baik-baik saja," ujarnya.
Ahmed mengatakan masih ada keresahan saat berjalan pertama kalinya melewati lokasi kejadian. "Saya tidak tahu apa yang harus dipikirkan. Kita khawatir soal keluarga dan apa yang dirasakan oleh keluarga yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai, anak-anak dan orang tua. Jadi, bukan sesuatu yang mudah untuk diatasi," ujarnya.