REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sebanyak lebih dari 15 ribu staf pendidikan di Turki diberhentikan pasca kudeta gagal yang terjadi pada Jumat pekan lalu. Hal ini dilakukan karena dugaan keterlibatan banyak pihak dalam peristiwa tersebut.
Departemen Pendidikan Turki menuding bahwa banyak staf pendidikan di negara tersebut yang terkait dengan Fethullah Gulen. Ia merupakan seorang ulama yang tinggal di Amerika Serikat (AS) yang dikatakan sebagai dalang dalam upaya kudeta.
Setidaknya, dekan dari 1.500 universitas di Turki telah dipaksa untuk mengundurkan diri. Pemerintah negara itu juga mencabut izin mengajar sekitar 21 ribu dosen dan guru.
"Saya minta maaf, namun organisasi teroris paralel ini tidak lagi bisa dijalankan dan harus dihentikan secepatnya," ujar perdana menteri Turki Binali Yildirim, dilansir Reuters, Selasa (19/7).
Yildirim mengatakan kudeta sebaiag bagian dari aksi terorisme. Hal itu harus dicegah dari awal, salah satunya dengan melihat berbagai sektor yang mungkin dimasuki paham radikal tersebut.
Gulen selama ini diketahui telah mendirikan sekolah di Turki yang meluas hingga ke banyak negara di Asia dan Afrika. Tokoh Muslim tersohor ini juga memimpin gerakan Hizmet, yang mempromosikan dialaog antaragama, pendidikan, dan demokrasi. Hizmet memiliki banyak pengikut, khususnya di negara asalnya tersebut.
Gulen menyangkal keterlibatan dalam upaya kudeta di Turki. Ia merasa terhina dengan tuduhan yang disampaikan oleh mantan sekutu terdekatnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Saya mengecam keras kudeta militer di Turki. Pemerintah harus dibentuk melalui proses pemilihan yang bebas dan adil, bukan paksaan," ujar Gulen.