REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Upaya kudeta terhadap Pemerintah Turki menyisakan banyak cerita, termasuk di dalamnya sosok-sosok wanita yang berada di tengah ketegangan kudeta.
Salah satu pengalaman tak terlupakan dialami Tijen Karas. Ia merupakan pembaca berita berpengalaman di stasiun televisi milik negara, TRT.
Publik pasti mengingat bagaimana wajah Karas yang pucat, tangan gemetar, dan suara membeku ketika membacakan deklarasi kudeta. Ia diperintahkan tentara prokudeta untuk membaca naskah yang telah disiapkan.
"Itu merupakan siaran paling sulit selama hidup saya," ujar Karas. "Tentara masuk ke stasiun televisi dan mengikat tangan kami di belakang serta mengancam kami dengan senjata."
Kelompok tentara tersebut menamakan dirinya Peace in the Country Council. Kelompok itu dilaporkan loyal dengan Fethullah Gullen, pendiri gerakan Hizmet yang kini menjadi musuh Presiden Recep Tayyip Erdogan dan kini tinggal di AS.
Baca juga, Kudeta Militer Turki Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.
Deklarasi itu dibacakan pada pukul 21.30, tanggal 15 Juli lalu. Deklarasi ini mengingatkan pada kudeta militer sebelumnya yang juga mengutip pernyataan Mustafa Kemal Ataturk, pendiri negara sekuler Turki. Tentara pemberontak juga memberikan jaminan keselamatan bagi masyarakat yang tetap tinggal di rumah.