Kamis 28 Jul 2016 18:49 WIB

'Turun Gunung' Jadi Menteri, Wiranto: Ini Pengabdian kepada Negara

Rep: Halimatus Sa'diyah​/ Red: Karta Raharja Ucu
Menko Polhukam Wiranto (kanan) berjabat tangan dengan Luhut B. Pandjaitan ketika serah terima jabatan (sertijab) Menko Polhukam di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (28/7).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menko Polhukam Wiranto (kanan) berjabat tangan dengan Luhut B. Pandjaitan ketika serah terima jabatan (sertijab) Menko Polhukam di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wiranto yang sebelumnya pernah menjadi calon presiden pada Pilpres 2004 dan cawapres pada 2009, disebut 'turun gunung' karena ia kini ditunjuk menjadi pembantu Presiden Jokowi alias Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam).

Kepada wartawan, Ketua Umum Partai Hanura ini menyebut alasannya bersedia menjadi menteri karena wujud pengabdian pada negara. "Pengabdian yang total itu tidak melihat posisi. Saya kira istilah turun gunung itu terlalu naif," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/7).

Ia berpesan, saat dibutuhkan untuk pengabdian yang total, di manapun kita laksanakan dengan baik dan ikhlas. "Saya jadi Menkopolhukam atau posisi apapun dengan semangat pengabdian yang tulus, itu tidak ada masalah," ucap mantang Panglima ABRI tersebut.

Namun Wiranto menolak menceritakan seperti apa proses yang terjadi sampai ia dilantik sebagai menkopolhukam, menggantikan posisi Luhut Panjaitan. Wiranto juga menolak anggapan yang menilai masuknya ia ke dalam kabinet sebagai barter politik atas dicopotnya dua posisi menteri dari Hanura.

"Ah, tidak. Tidak ada seperti itu," ucapnya, sambil terburu-buru masuk ke dalam mobil.

Berbicara terpisah, Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi juga mengaku tak tahu siapa saja pihak yang mengusulkan nama Wiranto masuk  Kabinet Kerja. Yang jelas, kata Johan, Presiden tak akan sembarangan dalam memilih orang yang akan mengisi posisi strategis di pemerintahan.

"Pasti sudah ada penelusuran," kata Johan.

(Baca Juga: Kontras Kecam Terpilihnya Wiranto Sebagai Menko Polhukam)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement