REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wiranto yang sebelumnya pernah menjadi calon presiden pada Pilpres 2004 dan cawapres pada 2009, disebut 'turun gunung' karena ia kini ditunjuk menjadi pembantu Presiden Jokowi alias Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam).
Kepada wartawan, Ketua Umum Partai Hanura ini menyebut alasannya bersedia menjadi menteri karena wujud pengabdian pada negara. "Pengabdian yang total itu tidak melihat posisi. Saya kira istilah turun gunung itu terlalu naif," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/7).
Ia berpesan, saat dibutuhkan untuk pengabdian yang total, di manapun kita laksanakan dengan baik dan ikhlas. "Saya jadi Menkopolhukam atau posisi apapun dengan semangat pengabdian yang tulus, itu tidak ada masalah," ucap mantang Panglima ABRI tersebut.
Namun Wiranto menolak menceritakan seperti apa proses yang terjadi sampai ia dilantik sebagai menkopolhukam, menggantikan posisi Luhut Panjaitan. Wiranto juga menolak anggapan yang menilai masuknya ia ke dalam kabinet sebagai barter politik atas dicopotnya dua posisi menteri dari Hanura.
"Ah, tidak. Tidak ada seperti itu," ucapnya, sambil terburu-buru masuk ke dalam mobil.
Berbicara terpisah, Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi juga mengaku tak tahu siapa saja pihak yang mengusulkan nama Wiranto masuk Kabinet Kerja. Yang jelas, kata Johan, Presiden tak akan sembarangan dalam memilih orang yang akan mengisi posisi strategis di pemerintahan.
"Pasti sudah ada penelusuran," kata Johan.
(Baca Juga: Kontras Kecam Terpilihnya Wiranto Sebagai Menko Polhukam)