REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengecam para pemimpin Barat karena gagal menunjukkan solidaritas mereka pada Ankara terkait upaya kudeta gagal 15 Juli lalu. Ia mengatakan, para pemimpin Barat yang mengkritik reaksi pemerintah Turki terhadap kudeta harusnya memikirkan urusan mereka sendiri.
"Saat ada lima sampai 10 orang tewas dalam serangan teror, kalian (negara-negara Barat) membuat dunia seperti kebakaran. Tapi ada upaya kudeta terhadap presiden, yang melindungi sistem parlementernya yang demokrasi dan terpilih oleh 52 persen suara, bukannya berpihak pada pemerintah, kalian malah berpihak pada pelaku," kata Erdogan seperti dilansir Aljazirah, Sabtu (30/7).
Sebelumnya pada Jumat (29/7), Erdogan juga mengkritik Kepala Komando Umum Amerika Serikat, yang mengatakan tindakan keras Turki pada militer setelah upaya kudeta merugikan perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Saat itu Jenderal Joseph Votel mengatakan ia khawatir hal itu akan berdampak pada kerja sama dan kolaborasi AS dan Turki selama ini.
"Pahami posisi Anda. Jenderal AS (Joseph Votel) berdiri di samping komplotan pengkudeta dengan kata-katanya itu. Dia mengungkapkan dirinya melalui pernyataan tersebut," ujar Erdogan dengan nada marah.
Setelah komentar Erdogan, Votel menanggapi dengan mengeluarkan pernyataan. Ia membantah telah mendukung kudeta Turki.
"Setiap laporan yang mengaitkan saya dengan upaya kudeta gagal baru-baru ini di Turki sangat disayangkan dan benar-benar tak akurat," kata Votel.
Menurutnya, Turki telah menjadi mitra luar biasa dan penting selama bertahun-tahun. Ia mengatakan, AS sangat menghargai kerja sama dengan Turki dan berharap kemitraan terus dilakukan untuk perjuangan melawan ISIS.