REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Lembaga inteligen Rusia (FSB) menyatakan, jaringan komputer dari 20 lembaga, termasuk instansi pemerintah dan perusahaan sektor pertahanan telah terinfeksi spyware.
FSB mengatakan, serangan virus mata-mata atau spyware itu merupakan serangan terkoordinir. Pihak FSB menilai serangan ini tak sekedar ditujukan secara acak. Selain itu, berdasarkan penyelidikan awal, FSB mengakui jenis spyware yang ditemukan serupa dengan sejumlah kasus spionase siber yang pernah terjadi sebelumnya di Rusia.
"Sumber daya teknologi instansi pemerintah, institusi penelitian dan militer dan perusahaan pertahanan telah terinfeksi," tulis pernyataan FSB seperti dikutip Reuters.
Pernyataan FSB sekaligus bersamaan terjadi dengan serangan siber pada jaringan komputer kampanye Capres Hillary Clinton. Khusus untuk kasus Clinton, pembajakan terjadi di jaringan komputer lembaga pengumpulan dana kampanye yaitu DNC.
Pihak pemerintah Amerika menilai ada bukti yang menyatakan bahwa Rusia mengkoordinir serangan komputer pada DNC. Tujuannya untuk melepas surel-surel berbau sensitif agar mempengaruhi pemilu di Amerika. Adapun pihak Rusia membantah ikut campur dalam insiden itu.