REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keinginan masyarakat Sleman untuk belajar di sekolah khusus olahraga belum bisa terpenuhi. Pasalnya, hingga saat ini kabupaten setempat belum memiliki sekolah khusus olahraga.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman, Arif Haryono menuturkan, pendirian sekolah khusus olah raga terganjal dana. "Untuk sarana prasarana dan fasilitas sekolahnya kan membutuhkan dana yang besar," tutur Arif, Ahad (31/7).
Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan tenaga pendidik untuk mengajar. Arif mengakui, Sleman tidak menghadapi kendala untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia bagi sekolah khusus olah raga. Karena di Sleman ada kampus-kampus yang mampu menyediakan tenaga pengajar olah raga.
Namun, faktor pendanaan tetap menjadi kendala besar karena selain membutuhkan gedung sekolah untuk belajar, sekolah olah raga memerlukan sarana lain seperti gedung dan lapangan untuk praktik. Termasuk peralatan olahraga yang pendanaannya cukup besar.
Arif menyampaikan, Pemkab Sleman baru bisa memfasilitasi minat masyarakat di kelas khusus olah raga (KKO). "Setidaknya, sekarang ada lima sekolah yang sudah memiliki KKO, antara lain SMPN 2 Tempel, SMPN 2 Sleman, SMPN 1 Kalasan, SMAN 1 Seyegan, dan SMAN 2 Ngagglik," tuturnya.
Arif mengemukakan, KKO berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Karena siswa didorong untuk banyak melakukan praktek. Total praktek biasanya mencapai 12 sampai 14 jam pelajaran per pekan. Kurikulum yang digunakan KKO pun berbeda dengan kurikulum reguler.
"Karena outputnya, siswa yang belajar di KKO diproyeksikan memiliki kemampuan di bidang keolahragaan," ujar Arif. Menurutnya, kurikulum KKO mengikuti ketentuan dasar yang diberikan oleh pemerintah pusat dengan beberapa pengembangan yang dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah.