REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Pembicaraan soal perang Yaman akan diperpanjang sepekan. Perwakilan PBB untuk Yaman, Ould Cheikh Ahmed, Ahad (31/7) mengatakan perpanjangan ini diharap bisa membawa harapan baru.
Selama ini, pembicaraan diramalkan rusak karena pemerintah Yaman dan Houthi tidak bisa mencapai kesepakatan. "Kami harap para delegasi bisa menggunakan pekan yang tersisa untuk membuat perkembangan di jalan menuju damai," kata Ahmed dalam pernyataan.
Ia juga mengucapkan terima kasih pada Kuwait yang bersedia menjamu sepekan lagi. Reuters melaporkan negosiasi antara pihak berperang berjalan lamban.
Sebuah gencatan senjata yang dimulai pada April memang telah memperlambat ritme pertempuran. Namun kekerasan masih tetap terjadi hampir setiap hari.
Pada Jumat, delegasi pemerintahan yang diakui internasional berencana mengundurkan diri dari pembicaraan. Hal ini adalah bentuk protes pada pengumuman Houthi dan sekutunya General People's Congress yang memutuskan membentuk dewan politik secara unilateral.
Namun pada Sabtu pagi, Ahmed mengatakan dua pihak akan tetap berada dalam pembicaraan. Ia menyarankan perpanjangan satu pekan untuk membahas kerangka solusi krisis Yaman.
Konflik dalam perang Yaman telah berlangsung selama 16 bulan dengan 6.400 korban tewas. Sebagian besar adalah penduduk sipil. Konflik juga membuat lebih dari 2,5 juta orang terpaksa mengungsi.