REPUBLIKA.CO.ID, PENANG -- Ada banyak cara yang ditempuh Kementerian Pariwisata untuk memromosikan potensi dan kekayaan alam Indonesia di luar negeri. Salah satunya adalah melalui seni komik.
Adalah komikus asal Malang, Aji Prasetyo yang mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu wakil Indonesia pada ajang Festival George Town (GTF) 2016 yang berlangsung 29 Juli sampai 28 Agustus di Penang, Malaysia. Karya dan talenta Aji memang sudah diakui di tingkat internasional. Tidak heran jika pria berkacamata dan berambut gondrong tersebut juga mendapat kehormatan untuk mewakili Indonesia di Frankfurt Book Fair pada 2015.
Pada festival yang sudah memasuki tahun ketujuh dan untuk pertama kalinya diikuti Indonesia itu, Aji menegaskan bahwa ia ingin menampilkan karya dengan isu-isu nasional, tapi layak dibaca oleh publik internasional. Melalui komik, Aji juga mencoba menyodorkan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi pelajaran sejarah di sekolah yang hanya memaksa siswa untuk menghapal tempat dan tanggal kejadian, tanpa mengetahui ada apa di balik sejarah yang mereka pelajari.
Aji, pria kelahiran Pasuruan,Jawa Timur 11 Desember 1976 itu tidak sekadar menjadikan karyanya sebagai media bercerita dan menyampaikan informasi dan opini. Tapi juga wadah untuk melancarkan kritik sosial yang tidak jarang menimbulkan kontroversi.
Salah satu karyanya yang mendapat kritik tajam dari masyarakat dan bahkan dianggap menistakan agama Islam adalah ketika ia tidak setuju dengan penutupan komplek lokalisasi Dolly di Surabaya. "Saya mengibaratkan Dolly itu sebagai tempat sampah, kalau tempat sampah tersebut ditutup, maka sampah itu akan berceceran dimana-mana dan justru menambah kotor lingkungan sekitar," kata Aji yang pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM) dan sekarang dipercaya sebagai pengurus bidang Lembaga Seni Budaya Muslim (Lesbumi) di PB NU itu.
Aji yang telah melahirkan beberapa karya, di antaranya yang paling terkenal 'Hidup Itu Indah' dan 'Teroris Visual', mengakui bahwa ia cukup kaget ketika dipilih oleh pihak Konsulat Jenderal RI di Penang untuk mengisi salah satu program promosi Wonderful Indonesia di Festival George Town 2016 bersama Kementrian Pariwisata. Menyadari bahwa ia harus membantu mempromosikan potensi Indonesia dan menjaga nama baik dan citra bangsa, Aji pun 'berdamai' dengan ide-ide 'liar' dan dengan suka rela menghapus beberapa bagian dari karyanya dikhawatirkan akan mengundang kontroversi.