REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah laporan terbaru mengungkapkan Prancis menutup 20 masjid sejak Desember lalu, Senin (1/8). Kementerian Dalam Negeri menyebut langkah ini diambil untuk menghapus Islam radikal di Prancis.
Kementerian berjanji masih akan ada lagi masjid yang ditutup. "Tidak ada tempat di Prancis untuk mereka yang menyebar kebencian di ruang ibadah atau masjid," ungkap Menteri Dalam Negeri, Bernard Cazeneuve dikutip AFP.
Ia menyebut informasi ini setelah pertemuan dengan sejumlah pemimpin Dewan Muslim Prancis Senin. Cazeneuve juga mengatakan 80 orang telah dideportasi dari Prancis sejak 2012. Puluhan orang masih menunggu proses.
Prancis memiliki sekitar 2.500 masjid dan ruang ibadah. Dari jumlah tersebut, sekitar 120 masjid diduga menyebarkan ajaran radikal. Selain menutup, Prancis menerapkan kebijakan baru yakni melarang masjid untuk mendapat donasi dari luar negeri.
Merujuk hal ini, Cazeneuve mengatakan otoritas bekerja sama dengan lembaga Islam Prancis untuk menjaga transparansi pendanaan. Pada Senin, Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls meminta agar Muslim bekerja sama memerangi Islam radikal.
Dalam esai panjangnya di Le Journal du Dimanche, Valls mengatakan sulit bagi Paris menjamin kebebasan ibadah jika Muslim tidak berbuat apa-apa dalam memerangi terorisme. Menurutnya, ekstrimisme adalah racun mematikan yang sedang menyebar di kalangan Muslim.
Merespons hal ini, Kepala Dewan Muslim Prancis, Anouar Kbibech menyebut komunitas Islam berencana membuat lembaga untuk membantu konstruksi dan administrasi Masjid di seluruh Prancis. Langkah ini untuk menjaga lingkungan masjid dari ideologi radikal.