Selasa 02 Aug 2016 17:12 WIB

Adira Finance Bukukan Pembiayaan Rp 14,9 Triliun

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Adira Finance
Adira Finance

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance pada Semester I 2016 membukukan pembiayaan baru sebesar Rp 14,9 triliun. Pembiayaan ini tergolong flat dibandingkan penyaluran pembiayaan tahun lalu sebesar Rp 15 triliun.

Direktur Utama Adira Finance Willy Suwandi mengatakan, penyaluran pembiayaan yang flat ini karena ekonomi nasional menunjukkan tanda-tanda kestabilan di tengah berbagai tekanan eksternal dan perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami telah membukukan pembiayaan baru sejumlah Rp 14,9 triliun. Hingga akhir 2016, kami menargetkan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 30 triliun-Rp 32 triliun dengan memperhatikan perkembangan pasar terkini," ujar Willy Suwandi saat paparan kinerja Semester I 2016 di Jakarta, Selasa (2/8).

Willy menjelaskan, sepeda motor menyumbang 56 persen dari total penyaluran baru, sementara itu pembiayaan mobil memberikan kontribusi sebesar 42 persen, dan sisanya durables.

Tercatat pembiayaan baru untuk sepeda motor pada Semester I 2016 sejumlah Rp 8,4 triliun, mobil sejumlah Rp 6,2 triliun dan durables sejumlah Rp 335 miliar.

Direktur Keuangan dan Kepatuhan Adira Finance, I Dewa Made Susila menambahkan, pembiayaan baru motor turun sebesar tiga persen. Karena daya beli yang masih rendah sangat mempengaruhi penyaluran pembiayaan.

"Konsumen kita kan menengah ke bawah untuk kendaraan roda dua. Sehingga ekonomi belum tumbuh, lapangan kerja belum ada, daya beli tidak terangkat," jelasnya.

Adapun untuk mobil juga mengalami hal yang sama, turun sebesar 3 persen. Made menuturkan, hal ini karena secara industri, pembiayaan kendaraan niaga (commercial car) mengalami kontraksi atau turun sebesar 25 persen akibat dari belum pulihnya pelemahan ekonomi.

Sedangkan komposisi pembiayaan Adira Finance untuk mobil lebih besar di kendaraan niaga (commercial car) sebesar 70 persen dibandingkan kendaraan penumpang (passenger car). Sehingga hal ini berpengaruh cukup siginifikan.

"Di kendaraan penumpang kan kelas nya menengah atas yang daya belinya ada, jadi sudah mulai flat," ujarnya.

Sementara kendaraan niaga bergantung pada tumbuhnya industri komoditas yang membutuhkan kendaraan pengangkut. "Untuk itu ke depan mungkin kita ubah komposisi commercial dan passenger 65:35 persen. Karena kan masih sisa 6 bulan, bukan full year," imbuhnya.

Sementara itu rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,89 persen, naik 10 basis points dibanding kan tahun lalu. Karena segmen di Adira Finance sangat berdampak pada pelemahan ekonomi. Kendati begitu, pihaknya meyakini trennya menurun hingga akhir tahun ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement