REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen makanan diminta tidak sembarangan membuat produk, apalagi yang dapat diakses oleh anak-anak. Produsen harus memperhatikan betul terkait komposisi bahan pembuatan yang tidak membahayakan hingga kemasan produk. Baru-baru ini, beredar makanan ringan bermerek 'Bikini' (Bihun Kekinian) yang menyedot perhatian publik. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid prihatin atas peredaran produk tersebut.
"Mereka (produsen) punya anak dan cucu yang harus dijaga moralnya. Apa jadinya jika mereka melihat hal seperti tadi," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (4/8).
Politikus dari Partai Gerindra itu mengatakan beberapa kekerasan seksual terjadi akibat visual pornografi. Untuk itu, kata dia, hendaknya para produsen makanan ikut membantu mengurangi visual pornografi, bukannya malah memperbanyak tampilan-tampilan ke arah sana.
"Sambil berusaha dan bekerja, mari kita jaga terus jati diri bangsa Indonesia yang beragama dan bermoral tinggi," ujar Sodik.
Menurut dia, kemasan 'Bikini' dapat dikategorikan dalam jenis pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA), Undang-Undang Pornografi, dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Terkait kedalamannya bisa diperdebatkan, tapi kami minta kepada aparat agar memperluas sehingga hal seperti itu masuk dalam pelanggaran," kata Sodik.
Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini beredar produk makanan ringan dengan tajuk tak edukatif bahkan tak senonoh. Makanan itu bermerek Bikini dengan tag line-nya 'remas aku'. Di sampul kemasannya pun terdapat ilustrasi seorang perempuan yang hanya mengenakan bikini.