REPUBLIKA.CO.ID, PENNSYLVANIA -- Pencetus gerakan Hizmet, Fethullah Gulen menolak surat perintah penangkapannya yang dikeluarkan Pengadilan Turki, Kamis lalu (4/8). Gulen mengaku surat perintah ini tidak mengubah pandangan maupun statusnya.
"Saya berulang kali mengutuk upaya kudeta di Turki dan membantah terlibat maupun mengetahui rencana kudeta itu," katanya.
Gulen menyatakan, Pengadilan Turki tidak memberlakukan prinsip keadilan yang bebas dari tekanan pemerintahan, “Bisa dilihat, perintah ini adalah contoh lain dari sikap otoritarianisme Presiden Erdogan yang jauh dari demokrasi,”
Sebuah tindakan pemberontakan yang diikuti oleh upaya kudeta di Turki 15 Juli lalu telah menyebabkan penangkapan ribuan guru, tentara dan hakim.
Sebelumnya, pada Kamis lalu (4/8), pengadilan Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan Gulen karena dituding memimpin kudeta 15 Juli.
Ini adalah surat perintah pertama untuk Gulen dalam tuduhan keterlibatannya pada kudeta 15 Juli. Sebelum ini, Pengadilan Turki telah mengeluarkan sembilan surat perintah penangkapan atas tuduhan keterlibatannya dalam organisasi teroris.
Baca juga, Ini Bukti-Bukti Keterlibatan Gulen dalam Kudeta Versi Otoritas Turki.
Berbicara dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Ketua Komisi Luar Negeri Turki Taha Ozhan menyamakan Gulen dengan Usamah bin Ladin. Ozhan meminta Amerika untuk segera mengekstradisi Gulen.
Anggota parlemen Turki kini berada di AS untuk meminta Departemen Kehakiman AS mengekstradisi Gulen. Mereka mengatakan telah memberikan 85 kotak berisi bahan bukti untuk mendukung surat perintah penahanan Gulen.