Kamis 11 Aug 2016 14:39 WIB

Studi DNA Nyatakan Gajah Sumatra Rentan Punah

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pawang (Mahout) menaiki punggung Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) yang terlatih di Pekanbaru, Riau.
Foto: Antara/Rony Muharrman
Seorang pawang (Mahout) menaiki punggung Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) yang terlatih di Pekanbaru, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- WWF  Indonesia  dan  Lembaga  Biologi Molekular Eijkman, lembaga riset  di  bawah  Kementerian  Riset dan Teknologi menyatakan Gajah Sumatra rentan alami kepunahan.

Hal tersebut pasca melakukan studi deoxyribonucleic acid (DNA) Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang diambil dari sampel kotoran gajah di beberapa kantong habitat gajah di Sumatra, khususnya di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau. Penelitian dilakukan dalam rangka merayakan  Hari  Gajah  Sedunia 2016.

"Penelitian ini dilakukan sejak 2012, metode dirancang  sistematis, kami mengumpulkan sampel DNA dari kotoran  gajah," kata Ekolog Satwa Liar WWF-Indonesia Sunarto dalam siaran pers, Kamis (11/8).  

Dari analisis sampel, peneliti berhasil mengindentifikasi 113 individu yang berbeda, dan dapat memperkirakan jumlah minimal populasi Gajah Sumatra di kantong habitat Gajah Sumatra di Taman Nasional Tesso  Nilo.   Selain  mengetahui  jumlah  populasi,  studi tersebut mengungkap adanya pergerakan beberapa individu antara  beberapa  lokasi yang belum diketahui sebelumnya.

Studi DNA diperkuat dengan studi pergerakan gajah  dengan bantuan kalung GPS. Metode tersebut berhasil mengungkap pergerakan kelompok gajah Tesso Nilo yang  terfokus di luar taman nasional, yakni di kawasan hutan tanaman industri. Pergerakan diduga akibat tingginya aktivitas manusia, khususnya perambahan, yang terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.

Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia Krismanko Padang mengungkapkan, penurunan populasi Gajah Sumatera utamanya  terjadi akibat deforestasi. Dalang lainnya yakni konversi hutan menjadi perkebunan, hutan tanaman dan pemukiman yang menyebabkan gajah kehilangan habitat alaminya.

"Ini juga yang meningkatkan frekuensi konflik antara gajah dengan manusia," katanya.

Kondisi tersebut semakin diperburuk oleh perburuan liar yang mengincar gading gajah akibat permintaan pasar gelap, baik domestik maupun internasional yang masih besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement