REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menurunkan tim nekropsi atau bedah terhadap bangkai gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak yang mati setelah diserang kawanan gajah liar di Camp Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur. Hasilnya, tim tidak menemukan benda asing selain luka dan lebam di bagian tubuh bangkai gajah tersebut.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto mengatakan, berdasarkan hasil nekropsi dipimpin dokter hewan Rosa Rika Wahyuni, gajah Lilik mengalami luka tusukan gading di bagian leher dan di sekitar telinga. Selain itu, bagian dalam di punggung dan perut juga ditemukan lebam.
“Jaringan bagian dalam perut dan punggung yang lebam menguatkan indikasi bahwa gajah Lilik ini mati akibat diserang kawanan gajah liar yang jumlahnya diperkirakan puluhan individu,” kata Agus di Banda Aceh, Selasa (27/12/2022).
Menurut Agus, kematian Lilik merupakan kematian gajah kedua setelah gajah Bunta yang mati karena dibunuh beberapa tahun yang lalu di CRU Serbajadi, Aceh Timur. Kematian gajah Lilik membuat jajaran BKSDA Aceh merasa kehilangan.
“Gajah Lilik ini sudah berjasa dalam mendukung penanganan interaksi negatif manusia dan gajah liar di Aceh, khususnya kawasan Aceh Timur,” kata Agus.
Sebelumnya, gajah sumatra jinak mati tersebut bernama Lilik, berusia kurang lebih 35 tahun. Gajah Lilik ditemukan mati pada Minggu (25/12) sekira pukul 03.00 WIB. "Penyerangan kawanan gajah liar tersebut berlangsung di sekitar CRU Serbajadi. Saat kejadian, listrik mati, sehingga lokasi CRU gelap dan menyulitkan mahout menolong gajah jinak yang diserang kawanan gajah liar tersebut," kata Agus.
Saat penyerangan berlangsung, kata Agus Arianto, para mahout atau pawang gajah, berupaya menghalau kawasan gajah liar tersebut. Namun, para mahout pun dikejar kawanan gajah liar.
Berdasarkan penanganan yang telah dilakukan, kata Agus Arianto, kawanan gajah liar tersebut sudah beberapa minggu berada di seputaran CRU Serbajadi. Tim CRU juga sudah berupaya menggiring kawanan gajah liar tersebut kembali ke kawasan hutan.
"Namun, kawanan gajah liar tetap kembali dan mendekati CRU hingga terjadi penyerangan terhadap gajah jinak Lilik dan lainnya. Lokasi penyerangan gajah jinak Lilik berada sekitar 100 meter di seberang sungai tidak jauh dari CRU Serbajadi," kata Agus.
Merujuk pada daftar dari The IUCN Red List of Threatened Species, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatra ini berstatus spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar. BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh.
Selain itu juga menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan interaksi negatif gajah sumatra dengan manusia, yang berdampak pada kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa baik bagi manusia ataupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut. "BKSDA Aceh merasa kehilangan dengan kematian gajah jinak Lilik yang telah bersama dan berjasa dalam mendukung penanganan interaksi negatif manusia dan gajah liar di Provinsi Aceh khususnya di wilayah Aceh Timur," kata Agus.