REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Kementerian Perindustrian mencatat pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada semester I 2016 sebesar 4,54 persen. Jumlah tersebut menurun ketimbang pertumbuhan pada semester I 2015 yang mencapai 5,26 persen. Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas juga berada di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2016 yakni sebesar 5,04 persen.
"Tentu karena ada perlambatan ekonomi, namun kami yakin ke depan akan terus kami dorong," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (12/8).
Airlangga optimistis, pertumbuhan industri ke depan akan lebih baik sebab beberapa industri andalan seperti industri makanan dan minuman, serta industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih tumbuh dengan baik. Menurutnya, Kementerian Perindustrian berupaya mencari solusi dari berbagai hambatan yang dapat menganggu pertumbuhan industri tersebut.
"Kita juga sedang mendorong wilayah kawasan industri baru. Diharapkan itu bisa meningkatkan kapasitas industri dalam negeri," kata Airlangga.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan, lemahnya kondisi perekonomian global menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan ekspor produk industri nasional ke beberapa negara. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia tetapi pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Thailand juga menurun akibat pelemahan ekonomi global.
Dengan kondisi seperti ini, menurut Syarif pertumbuhan industri bisa tumbuh sekitar lima persen hingga akhir 2016. Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan industri yang sebelumnya dipatok sebesar 5,7 persen. Syarif menjelaskan, beberapa sektor industri pengolahan non migas yang pertumbuhannya menurun yakni tekstil dan plastik. "Kita masih untung tertolong di sektor makanan yang tumbuh tujuh persen," ujar Syarif.
Untuk meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, Kementerian Perindustrian mendorong pengembangan industri di tingkat hilir. Selain itu, penurunan harga gas industri juga berpengaruh signifikan untuk mendongkrak pertumbuhan industri di dalam negeri. Apalagi, gas bukan hanya digunakan sebagai energi saja tetapi juga bahan baku.
Selain itu, masalah perizinan dan lingkungan juga masih menjadi kendala bagi pertumbuhan industri dan juga menganggu investor. Syarif mengatakan, masalah perizinan biasanya masih terganjal di daerah oleh karena itu pemerintah membentuk pokja yang bertugas untuk memantau kendala-kendala tersebut.