REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Gloria Natapradja Hamel mengatakan dirinya tidak ingin tenggelam dalam kesedihan setelah gagal menjadi bagian pasukan pengibar bendera pada upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus mendatang di Istana Kepresidenan.
"Saya tidak menyangka banyak orang yang peduli pada masalah yang saya alami ketika saya pegang HP kemarin, namun saya ingin anda tahu, saya tidak ingin tenggelam dan terjebak dalam kesedihan, saya ingin terus maju," katanya di Gedung Kemenpora, Jakarta, Selasa (16/8).
Kendati merasa sedih atas kegagalannya menjadi bagian dari Paskibraka, Gloria menyatakan dirinya tidak ingin melawan peraturan yang ada dan akhirnya hanya memilih menyaksikan rekan-rekan seperjuangannya menjalankan tugas pengibaran bendera di Istana Kepresidenan.
"Meskipun saya ada perasaan sedih dan kesal, tapi peraturan tetap peraturan, saya juga ingin sportif dan memilih menyaksikan saudara-saudara saya menjalankan tugasnya," ujarnya.
Lebih lanjut malah dia merasa bersyukur bisa mengikuti proses seleksi Paskibraka yang nenurutnya banyak pelajaran yang bisa dia ambil meski tidak bisa mencapai cita-citanya menjadi pasukan pengibar Bendera Pusaka.
"Saya juga sangat bersyukur bisa menjalani diklat Paskibraka tingkat nasional, meski gagal, tapi banyak pelajaran yang bisa saya ambil, dari sini saya belajar untuk menjadi dewasa, berdisiplin dan mencintai tanah kelahiran saya Indonesia," jelasnya.
Untuk selanjutnya, Gloria mengatakan dirinya akan melanjutkan kegiatan sekolahnya dan berkeinginan untuk meneruskan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi di Indonesia.
"Saya selanjutnya akan seperti biasa melakukan kegiatan seperti biasa, tidak ingin saya meratapi terus, karena bagi saya, titik balik yaitu ketika anda jatuh, anda akan bernilai justru ketika anda bisa bangkit, dan berkat dukungan semuanya saya kini bisa bangkit," katanya.
Gloria Natapradja Hamel digugurkan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang akan bertugas di upacara peringatan hari kemerdekaan RI ke-71 di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada 17 Agustus 2016.
Gloria yang merupakan anak dari hasil pernikahan campuran dari Ibu seorang WNI dan ayah yang berkewarganegaraan Perancis, awalnya sudah lolos seleksi di Kementerian Pemuda dan Olahraga, digugurkan karena memiliki Paspor Prancis sehingga, dia dianggap bukan warga negara Indonesia.