REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Garin Nugroho segera membawa film terbarunya, Setan Jawa ke Australia. Film itu bakal diputar pada Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia, Februari 2017 mendatang.
Setan Jawa merupakan karya kolaborasi Garin dengan komposer Rahayu Supanggah. Film bisu hitam putih pertama karya Garin itu unik karena diiringi orkestra musik gamelan secara langsung saat pemutarannya.
"Film ini menggabungkan banyak bentuk seni dan budaya. Ada sastra, tari, visual, musik, bahkan masa lampau dan masa depan yang menyatu," ujar Garin pada konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Senin (22/8).
Lewat film tersebut, Garin mengeksplorasi mitologi Jawa dan menyatukannya dalam perspektif kontemporer. Ia menyesuaikan sejumlah sisi historis dalam film tari kontemporer yang terinspirasi Nosferatu karya Friedrich Wilhelm Murnau.
Film Setan Jawa bercerita tentang romansa dan tragedi kemanusiaan dengan latar tempat di Jawa sekira abad ke-20. Setio, seorang pemuda miskin dari desa, jatuh cinta kepada Asih, seorang perempuan dari keluarga ningrat.
Meski Asih juga menaruh hati pada lelaki itu, keluarganya justru menolak karena kondisi Setio yang miskin. Situasi mendesak membuat Setio mencari kekayaan lewat kesepakatan dengan iblis yang disebut Pesugihan Kandang Bubrah meski kemudian justru menyebabkan konflik berkepanjangan.
"Saya mengangkat tema langka yaitu fenomena pesugihan yang hingga kini masih aktual di Indonesia. Bukan sisi mistis yang menjadi fokusnya, melainkan seni dalam magic realism itu sendiri," tutur sineas yang telah berkarya selama 35 tahun itu.
Sebelum diputar dalam acara berkelas dunia, Setan Jawa akan diputar perdana di Indonesia pada tanggal 3 dan 4 September 2016 di Gedung Teater Jakarta, Cikini. Film tersebut dibintangi oleh Asmara Abigail sebagai Asih, Heru Purwanto sebagai Setio, dan Luluk Ari sebagai Setan Jawa.