Ahad 04 Sep 2016 21:00 WIB

Awal Mula Pembangunan Shibam

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Shibam
Foto: http://whc.unesco.org
Shibam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Shibam membangun kotanya diawali pada sebuah dataran tinggi. Satu-satunya kawasan dalam oasis itu yang memiliki ketinggian yang cukup untuk berlindung dari potensi bencana banjir. Namun, secara perlahan penduduk kota itu merangkak naik dengan datangnya para pedagang dan petani. Para pendatang baru ini membutuhkan ruang.

Menambah ruang bukan perkara mudah. Membangun lebih luas kawasan permukiman di dataran tinggi akan membuka peluang banjir dan mempersempit tanah wadi mereka yang subur.  Tantangannya, Shibam perlu berkembang tanpa memperluas lahan. Pilihan para arsitek kala itu adalah membangun ke atas.

Dengan ketinggian 11 lantai, menara Shibam tak memenuhi aturan gedung pencakar langit modern. Bangunan di sini boleh dikata bangunan dari lumpur yang tertinggi di dunia. (Baca: Shibam, Manhattan di Gurun Pasir)

Dan, inilah yang menjadi ciri khas Shibam. Hampir keseluruhan bangunan tempat tinggal di Kota Shibam ini menjulang tinggi layaknya sebuah apartemen. Hanya, bangunan itu tersusun dari bata lumpur dan tanpa menggunakan rangka baja. Meski begitu, bangunan di Shibam mampu mencapai ketinggian rata-rata lebih dari 20 meter. Bahkan, sebagian bangunan ada yang hingga mencapai lebih dari 35 meter. Ketinggian bangunan dengan penggunaan bata lumpur yang masif ini, layaknya bangunan pencakar langit di kota-kota besar metropolitan dunia.

Seorang arkeolog asal Prancis, Jean Francois Breton, bahkan mengungkapkan struktur bangunan bata lumpur di Kota Shibam ini seperti gedung pencakar langit dan apartemen tinggi di New York. Ia pun menjuluki Shibam sebagai 'Manhattan'-nya Hadramaut. Shibam memiliki tembok kota tua yang mengelilingi seluruh kawasan. Tata letak bangunan permukiman yang menjulang tinggi di Shibam saling berdekatan dan sanagt padat. Ini membuat Shibam memiliki jalur labirin unik dan yang luar biasa rumit, dengan jalan-jalan terowongan sempit.

Walau demikian, Shibam menjadi bukti sejarah bagaimana contoh luar biasa dari permukiman manusia, penggunaan lahan, dan perencanaan kota. Arsitektur lokal Shibam dianggap sangat fungsional, termasuk ketika tampilan pencakar langit menjadi solusi dari dari potensi banjir dataran wadi Hadramaut. Ini membuat penduduk kota ini selalu mempertebal tembok bata lumpur mereka agar tidak tergerus dari air.

Selain itu juga, penggunaan bahan bata lumpur dan teknik konstruksi adalah sebuah ekspresi yang luar biasa, tapi sangat kental budaya tradisional Arab dan Muslim. Walaupun struktur bangunan dengan bata lumpur masih tradisional, kota ini telah memiliki sistem pengelolaan kota yang cukup baik. Lahan di luar tembok kota dimanfaatkan untuk irigasi pertanian sehingga terdapat sistem ekonomi terpadu yang melibatkan sektor pertanian, pembuatan bata lumpur yang dimasukkan jerami sebagai bahan utama konstruksi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement