REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Arsul Sani, mengapresiasi rencana Badan Narkotika Nasional (BNN) membeli senjata canggih untuk memburu bandar narkoba. Menurutnya, rencana tersebut perlu didukung.
Arsul tidak bisa berkomentar jauh tentang kemungkinan senjata tersebut nantinya disalahgunakan. Pasalnya, barang tersebut masih belum dibeli. "Khawatir tidaknya kan nanti, kita apresiasi semangatnya dulu," kata Arsul, usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala BNN di DPR, Selasa (6/9).
Arsul meyakini, jika yang ditembak bandar narkoba tidak akan menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Namun, DPR akan tetap memberikan pengawasan terhadap praktik di lapangan.
Arsul pun mendorong agar BNN tidak ragu jika memang memburu bandar narkoba dengan cara ditembak. BNN juga diimbau tidak takut melanggar HAM. "Semua proses penindakan hukum pasti melanggar HAM, mana ada tidak melanggar HAM. Persoalannya, pelanggaran HAM itu ada dasar hukumnya apa enggak?" kata Arsul.
Sementara itu, kepala BNN, Budi Waseso, dalam RDP bersama komisi III menjelaskan, pembelian senjata sudah direncanakan. Sebagian sudah dilakukan lelang.
Menurut Buwas, sapaan akrabnya, BNN harus menggunakan senjata canggih untuk memburu bandar narkoba. Senjata yang dimiliki harus memiliki akurasi tinggi. "Sehingga lebih efektif, ini lebih aman," kata Buwas.
Buwas mengungkapkan alasan senjata yang akan dibeli harus berbeda dengan TNI dan Polri. Buwas mengatakan, jika di lapangan terjadi kesalahan dalam penggunaannya, maka akan mudah diidentifikasi. "Jadi jelas, ini BNN yang melakukan," kata Buwas.
Seperti diberitakan, senjata tersebut buatan Amerika Serikat. Senjata itu memiliki kelebihan dengan ketepatan bidikan hingga 1,6 kilometer (KM) dengan daya jelajah sampai 2,8 KM.