REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pesawat pengebom Amerika Serikat US B-1 bomber terbang melintasi Korea Selatan (Korsel) setelah Korea Utara (Korut) melakukan uji coba nuklir pekan lalu. Bahkan Amerika dan Korsel telah menempatkan sistem antimisil di Korsel untuk berjaga-jaga dari serangan nuklir Korut.
US B-1 bomber yang pangkalan militernya di Guam, terbang menuju Korsel dengan diiringi sejumlah pesawat jet tempur Korsel dan Amerika. Kemudian begitu tiba di Korsel, US B-1 bomber diiringi pesawat jet tempur kedua negara terbang rendah melintasi Korsel dari basis militer di Osan, Korsel hingga ke zona demiliterisasi yang berbatasan dengan Korut.
Baik Amerika maupun Korsel sedang unjuk gigi kekuatan militernya kepada Korut yang baru saja melakukan uji coba nuklir beberapa waktu lalu. Rupanya Korut panas melihat pesawat pengebom Amerika dan pesawat jet tempur kedua negara tersebut terbang hilir mudik.
Kantor berita resmi Korut, KCNA menyatakan, masyarakat Korut sangat marah seperti gunung api yang meletus melihat Amerika menempatkan pesawat-pesawat pengebomnya di Korsel. "Sanksi, provokasi, atau tekanan tak akan membuat status kami sebagai negara pemilik nuklir hancur. Provokasi politik dan militer hanya akan berakhir dengan serangan nuklir yang membawa kehancuran luar biasa dan yang terakhir," demikian laporan KCNA
Pengembangan senjata nuklir yang tiada henti yang dilakukan Korut termasuk pengembangan berbagai macam jenis misil membuat negara-negara tetangganya seperti Jepang dan Korsel panik.
"Saya ingin pemerintah dan militer siap melakukan serangan balasan kepada Korut. Sekali saja Korut menyerang kita dengan satu serangan nuklir, kita harus bergerak cepat membalasnya dengan mengakhiri rezim nuklir di Korut," ujar Park.
Sejumlah anggota dewan di Korsel meminta agar Korsel segera membuat senjata nuklir sendiri atau meminta Amerika menempatkan senjata nuklirnya di Korsel. Ini dilakukan agar Korut menghentikan perlombaan senjata nuklir sebab Korsel juga mampu membuatnya.
Namun utusan Amerika untuk Korut Sung Kim mengatakan, Korsel tak perlu membuat senjata nuklir sendiri. "Kami saat ini mempertanyakan maksud dan komitmen Korut. Jika Korut mau berbicara pada kami, kami bisa bekerja sama dengan Korut membicarakan masalah nuklir ini melalui proses enam pihak," kata Kim.